
JAKARTA - Ketika harga minyak global sedang bergejolak, sentimen positif baru muncul dari dua ekonomi raksasa dunia Amerika Serikat dan China. Peningkatan permintaan di kedua negara ini berhasil menahan tekanan penurunan harga dua hari sebelumnya. Minyak mentah Brent naik menjadi sekitar USD?69 per barel, sedangkan minyak WTI di AS mencapai USD?66,92 per barel. Kenaikan ini mencerminkan harapan pasar terhadap stabilitas dan pemulihan konsumsi bahan bakar di ekonomi utama dunia.
Sebuah Momentum Musiman yang Menjawab Pasokan
Pasar minyak memulai pekan ini dengan optimisme hati-hati ketika analisis menunjukkan permintaan musiman sedang naik. Di belahan bumi utara, musim panas membawa lonjakan aktivitas manusia perjalanan liburan, logistik, hingga kebutuhan transportasi yang meningkat. LSEG mencatat bahwa “permintaan musiman yang kuat saat ini memberikan momentum kenaikan harga minyak, seiring dengan puncak perjalanan musim panas dan aktivitas industri.” Pernyataan ini menjadi bukti bahwa fluktuasi musiman bisa lebih kuat daripada kekhawatiran geopolitik di pasar komoditas.
Baca Juga
Kebangkitan Konsumsi A.S. Pasca 4 Juli 2025
Data konsumsi bahan bakar di Amerika Serikat mulai menunjukkan tren pemulihan. Libur Kemerdekaan pada awal Juli 2025 memberikan dorongan bagi fleece bensin, dengan volume penjualan yang cukup tinggi. Fenomena ini menjadi indikator bahwa fondasi permintaan domestik Amerika tetap tangguh terdengar dalam kinerja perusahaan minyak dan kilang, serta bagi harga minyak yang sempat turun karena kekhawatiran tariff terhadap Rusia.
China: Panas Kilang dan Pelepasan Permintaan
Sementara itu, China membalikkan sebagian besar tigangan red flag dalam indikator ekonomi. Meski pertumbuhan kuartal II melambat, data dari sektor kilang memberikan sinyal positif. Produksi minyak mentah di bulan Juni tercatat naik 8,5?% dibandingkan tahun sebelumnya angka tertinggi sejak September 2023. Peningkatan ini menunjukkan adanya aktivitas kilang yang hidup kembali dan adanya frontloading strategi meningkatkan stok sebelum ancaman tarif AS menjadi nyata. Kenaikan kapasitas kilang ini menunjukkan China siap menyerap permintaan lebih besar.
Ekspektasi OPEC: Ekonomi Global Lebih Sehat
Ramalan dari parlemen OPEC juga menambah optimisme: ekonomi global diprediksi tumbuh lebih kuat pada paruh kedua tahun ini. Negara seperti India, China, dan Brasil dipandang sebagai pendorong utama, sementara AS dan Uni Eropa relatif pulih dari pelemahan sebelumnya. Outlook ini menambah dukungan psikologis bagi investor dan pelaku pasar minyak.
Tantangan Geopolitik dan Spekulasi Tarif
Meski data saat ini positif, pasar tetap waspada dengan risiko geopolitik terutama potensi tarif AS terhadap minyak Rusia. Ancaman tersebut bisa memicu gangguan pasokan dan gejolak harga, meski saat ini permintaan tampak dominan. Penguatan harga seputar USD?69 menandakan adanya keseimbangan sementara antara optimisme permintaan dan kekhawatiran tarif.
Musim Panas: Moment yang Berharga
Analis mencatat bahwa saat ini adalah putaran musiman bagi pasar minyak. Liburan musim panas di berbagai negara meningkatkan arus energi—transportasi, pariwisata, hingga logistik. Meskipun faktor geopolitik tetap relevan, pergerakan musiman semacam ini menawarkan peluang untuk menstabilkan harga dan menghasilkan momentum positif sementara.
Jangka Pendek vs Jangka Panjang
Sentimen pasar saat ini terbagi dalam dua waktu pandang: jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek ditentukan oleh lonjakan musiman dan data kilang. Di sisi lain, jangka panjang harus mempertimbangkan ketidakpastian tarif, pergeseran geopolitik, dan transisi energi global. Bagaimana investor dan produsen menanggapi keseimbangan ini akan menjadi kunci fluktuasi harga di masa mendatang.
Seiring harga minyak membalikkan tren penurunan dan kembali ke kisaran USD?69–66, volatilitas tetap menjadi sorotan utama. Jika prospek konsumsi melemah atau muncul gangguan pasokan, harga bisa kembali drop. Sebaliknya, jika data menunjukkan peningkatan konsumsi berkelanjutan dan potensi tarif mereda, harga bisa membentuk tren naik yang lebih stabil.
Pasar minyak saat ini masih ditopang oleh dua faktor utama: konsumsi meningkat di musim panas AS dan kilang China yang kembali aktif. Walau potensi gangguan akibat kebijakan tarif masih ada, momentum jangka pendek tetap kuat. Sementara itu, palladium bagi investor adalah bagaimana mengawasi dua aspek tersebut data musiman dan faktor geopolitik untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.
Dengan harga minyak Brent mendekati USD?69 dan WTI pada USD?66,92, pasar berada di persimpangan antara optimisme dan kehati-hatian. Ke depannya, perkembangan konsumsi global serta keputusan kebijakan akan menentukan arah pergerakan selanjutnya.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.