
JAKARTA - Menjelang akhir tahun 2025, pemerintah kembali menunjukkan komitmennya untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyiapkan stimulus tambahan khusus bagi sektor transportasi dan pariwisata. Dua sektor ini dinilai memiliki peran strategis dalam pemulihan ekonomi daerah serta nasional pascapandemi.
Fokus utama dari stimulus ini adalah untuk memastikan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tetap tumbuh di kisaran lima persen. Dengan libur panjang akhir tahun yang akan datang, aktivitas transportasi dan pariwisata diproyeksikan meningkat. Pemerintah pun memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat daya dorong sektor-sektor tersebut melalui kebijakan fiskal yang terukur.
Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang digelar di Jakarta, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan pentingnya dukungan nyata terhadap sektor vital seperti transportasi dan pariwisata. Menurutnya, langkah ini menjadi bagian dari strategi menyeluruh untuk menjaga pertumbuhan dan ketahanan ekonomi nasional di tengah tekanan global.
Baca Juga
“Paket stimulus ekonomi telah terealisasi Rp13,6 triliun,” ujarnya. Hingga akhir Juni 2025, realisasi belanja negara untuk stimulus ekonomi telah mencapai angka tersebut, atau setara dengan 55,6 persen dari total pagu anggaran sebesar Rp24,44 triliun. Angka ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengalirkan dukungan ke sektor-sektor prioritas, terutama yang terdampak dalam akibat pandemi beberapa tahun terakhir.
Menjaga Konsumsi, Menstabilkan Ekonomi
Pemerintah menilai bahwa konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, berbagai kebijakan diarahkan untuk menjaga daya beli masyarakat agar tetap tinggi. Sri Mulyani menyampaikan harapannya bahwa aktivitas konsumsi yang kuat, ditambah dengan laju bisnis yang membaik, akan menopang ekonomi nasional, khususnya pada kuartal II 2025.
Stabilitas sistem keuangan pun terus dijaga. Dalam laporan terkini KSSK, tidak terdapat gejolak signifikan di sektor keuangan nasional. Inflasi pun diperkirakan akan tetap terkendali dalam kisaran target yang telah ditetapkan, yakni 1,5 persen hingga 3,5 persen untuk tahun 2025 dan 2026.
Indikator-indikator ekonomi tersebut menunjukkan bahwa situasi dalam negeri relatif stabil meskipun dinamika global masih berisiko tinggi. Stabilitas ini menjadi sinyal positif, tidak hanya bagi pelaku usaha, tetapi juga investor yang terus mencermati kebijakan pemerintah.
Dorongan bagi Industri Padat Karya
Stimulus fiskal yang tengah dipersiapkan tidak hanya akan dinikmati sektor transportasi dan pariwisata. Pemerintah juga memberikan perhatian pada sektor industri padat karya, seperti tekstil, alas kaki, dan furnitur. Sektor-sektor ini diperkirakan akan memperoleh manfaat dari kebijakan tarif bea masuk 19 persen yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap beberapa produk global.
Menurut Sri Mulyani, langkah tersebut bisa menjadi kesempatan strategis untuk memperkuat posisi industri dalam negeri. Pemerintah mengantisipasi dampak positif kebijakan ini terhadap permintaan produk dalam negeri dan memperluas pangsa pasar industri lokal.
Sebagai bentuk keseimbangan, pemerintah juga akan menetapkan tarif 0 persen untuk sejumlah barang tertentu yang diimpor dari AS. Langkah ini bertujuan untuk menekan harga komoditas seperti minyak, gas, dan bahan pangan. Dengan demikian, harga kebutuhan pokok tetap stabil dan daya beli masyarakat tidak tergerus.
Percepatan Deregulasi dan Dukungan Investasi
Untuk memperkuat daya saing ekonomi, pemerintah juga berencana mempercepat langkah-langkah deregulasi di sektor manufaktur. Penyederhanaan regulasi dan birokrasi diharapkan akan menciptakan iklim usaha yang lebih kompetitif, mendorong efisiensi, dan membuka ruang bagi peningkatan investasi.
Langkah deregulasi ini juga berfungsi sebagai dukungan konkret terhadap sektor swasta agar mampu berperan sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi. Pemerintah berharap bahwa pelaku usaha dapat mengoptimalkan peluang yang terbuka seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi pascapandemi.
Momentum Akhir Tahun
Libur akhir tahun selalu menjadi periode penting dalam siklus ekonomi tahunan. Peningkatan mobilitas masyarakat pada periode ini memberikan peluang besar bagi pemulihan sektor transportasi dan pariwisata. Oleh karena itu, stimulus tambahan yang dirancang pemerintah diharapkan menjadi pemicu untuk kebangkitan sektor-sektor tersebut.
Rencana ini tidak hanya menjadi harapan bagi pelaku usaha di sektor transportasi dan pariwisata, tetapi juga masyarakat luas yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan ekonomi di daerah wisata. Pemerintah pun memastikan bahwa penyaluran stimulus dilakukan secara tepat sasaran dan memberi dampak langsung pada aktivitas ekonomi lokal.
Langkah-langkah yang diambil menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menghadapi tantangan global yang masih membayangi. Kolaborasi lintas sektor, sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter, serta respons cepat terhadap isu perdagangan global, menjadi fondasi dalam menjaga momentum pertumbuhan nasional.
Dengan strategi yang adaptif dan terukur, pemerintah berharap perekonomian Indonesia tetap tangguh dan inklusif. Stimulus fiskal ini menjadi bagian dari peta jalan pemulihan ekonomi menuju masa depan yang lebih stabil dan berdaya saing.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
5 Pemain Tersukses Peraih Gelar Liga Indonesia
- 29 Juli 2025
3.
Viktor Gyokeres, Pewaris Nomor 14 Arsenal Terbaru
- 29 Juli 2025
4.
Laga Pramusim Seru Manchester United vs Bournemouth
- 29 Juli 2025
5.
Enam Shio Paling Hoki di 29 Juli 2025
- 29 Juli 2025