
JAKARTA - Mewujudkan generasi yang sehat dan produktif membutuhkan upaya bersama yang terkoordinasi. Kementerian Kesehatan menegaskan pentingnya keterlibatan lintas sektor untuk mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), terutama bagi anak-anak sebagai penerus bangsa. Kepala Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Ir. Dina Agoes Soelistijani, M.Kes, menyatakan bahwa perubahan perilaku sehat tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri, melainkan harus melalui kolaborasi erat antar berbagai pihak.
"Kita memang harus bersama-sama berkolaborasi untuk bagaimana kita bisa menciptakan satu kondisi lingkungan yang kondusif untuk terjadinya perubahan perilaku," ujar Dina dalam sebuah diskusi kesehatan di Jakarta.
Tantangan Besar di Lapangan
Baca Juga
Meskipun penting, penerapan PHBS di masyarakat Indonesia masih belum optimal. Data menunjukkan bahwa hanya sekitar 50–60 persen masyarakat yang benar-benar menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Angka ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih efektif dan masif untuk membangun kesadaran dan kebiasaan baru.
Terlebih, menanamkan PHBS pada anak-anak memerlukan perhatian khusus. Pendidikan sejak dini sangat krusial agar perilaku positif ini melekat dan terbawa hingga dewasa. Namun, di daerah-daerah terutama di sekolah-sekolah, masih terdapat banyak tantangan yang menghambat proses ini.
Menurut Dina, perubahan perilaku yang diharapkan tidak bisa terjadi secara instan. “Kadangkala kita juga dihadapkan dengan dukungan dari sisi misalnya anggaran karena dianggap ketika kita melakukan edukasi itu seperti membuang garam di lautan. Jadi tidak langsung terbentuk, perubahan perilaku ini butuh waktu yang lama tentu menjadi tantangan kita,” jelasnya.
Edukasi dan Infrastruktur Pendukung
Edukasi menjadi salah satu aspek penting dalam mendukung PHBS pada anak. Sekolah sebagai lingkungan utama pembelajaran anak berperan strategis dalam menanamkan perilaku hidup sehat. Namun edukasi semata tidak cukup tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Dina menekankan bahwa perubahan perilaku anak juga harus didukung oleh lingkungan yang bersih dan sehat. Penyediaan fasilitas seperti tempat cuci tangan yang layak, air bersih, dan sanitasi yang memadai adalah kunci agar anak dapat mempraktikkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari.
Perlunya Pendekatan Multi-Sektor
Mendorong PHBS bukan hanya tanggung jawab Kementerian Kesehatan saja. Diperlukan kerja sama dari berbagai instansi, mulai dari pemerintah daerah, dunia pendidikan, hingga masyarakat dan sektor swasta. Kolaborasi ini harus menghasilkan sinergi nyata agar program-program PHBS berjalan efektif dan berkelanjutan.
“Perubahan perilaku itu butuh waktu yang lama dan kita harus bersabar serta terus berupaya dengan dukungan berbagai pihak,” tambah Dina.
Membangun perilaku hidup bersih dan sehat pada anak merupakan investasi jangka panjang bagi kualitas sumber daya manusia bangsa. Upaya ini tidak dapat berjalan sendiri, melainkan harus melalui kolaborasi lintas sektor yang kuat dan dukungan sarana-prasarana memadai.
Kemenkes dengan semangat pemberdayaan masyarakat terus mendorong agar PHBS menjadi kebiasaan yang melekat di setiap individu sejak usia dini. Tantangan yang ada memang tidak ringan, tetapi dengan kerja bersama dan ketekunan, perubahan positif dalam perilaku kesehatan anak Indonesia dapat diwujudkan secara bertahap dan berkelanjutan.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
15 Proyek Energi Baru, SKK Migas Fokus Sinergi
- 16 Juli 2025
2.
Harga Minyak Terkoreksi, Fokus ke Tenggat Waktu
- 16 Juli 2025
3.
Update Harga BBM Non Subsidi Juli 2025
- 16 Juli 2025
4.
Erick Thohir Ingatkan Timnas U 23 Tetap Fokus
- 16 Juli 2025
5.
Inovasi UMKM, Kulit Semangka Jadi Camilan Lezat
- 16 Juli 2025