Anita Alvin: Inspirasi Fashion Berkelanjutan dan Pelestarian Budaya Klaten
- Senin, 02 Juni 2025

JAKARTA — Berawal dari kegemaran menjahit setelah lulus sekolah, Anita Alvin berhasil mengubah passion-nya menjadi sebuah bisnis fashion lokal yang tidak hanya mengedepankan estetika, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keberlanjutan dan pelestarian budaya. Brand fashion miliknya yang menggunakan nama sendiri, Anita Alvin, kini dikenal luas dengan desain yang memadukan kain tradisional lurik dan bahan ramah lingkungan.
Anita Alvin, perempuan asal Klaten, memulai perjalanannya sebagai perajin busana dengan membuka jasa jahit pribadi sejak 2009, setahun setelah menyelesaikan pendidikan tata busana. Namun, lima tahun terakhir adalah masa transformasi bagi Anita, saat ia mulai fokus mengembangkan produk fashion dengan karakter kuat dan konsep berkelanjutan.
“Awalnya memang hanya menjahit untuk kebutuhan pribadi. Tapi lima tahun belakangan saya mulai fokus merancang produk yang punya karakter, memanfaatkan lurik dan bahan ramah lingkungan,” ujarnya dalam wawancara eksklusif.
Baca JugaWedang Rempah Jadi Daya Tarik Kuliner Sehat Desa Pentingsari
Lurik dan Pewarna Alam: Ciri Khas Koleksi Anita Alvin
Salah satu kekuatan utama brand Anita Alvin adalah kemampuan menggabungkan kain tradisional lurik dengan desain busana semi-formal dan kasual yang modern. Lurik sendiri merupakan warisan budaya khas Klaten yang memiliki nilai sejarah tinggi. Tidak hanya itu, hampir seluruh bahan yang digunakan Anita berasal dari pewarna alami, mencerminkan komitmennya pada fashion berkelanjutan.
“Kami memakai lurik berpewarna alam. Jadi benar-benar kembali ke alam, untuk bumi,” jelas Anita. Ia juga menyebut bahwa inspirasi desainnya banyak berasal dari keindahan alam sekitar, yang kemudian dituangkan dalam konsep busana yang timeless dan tahan lama.
Dengan konsep tersebut, busana yang ia ciptakan tetap relevan meski tren berganti, sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan dengan meminimalkan dampak produksi.
Peran Komunitas dan Inovasi dalam Perjalanan Bisnis
Meski tidak mudah, Anita mampu meniti karier bisnis fashion-nya berkat dukungan komunitas FADESKA (Fashion Designer Klaten). Komunitas ini memberikan banyak pelajaran berharga, mulai dari strategi pemasaran, branding, hingga teknik pemotretan produk. FADESKA juga membantu Anita menguatkan identitas lokal dalam setiap karyanya.
Dalam proses produksi, Anita tetap terlibat langsung di tahap desain, dibantu oleh beberapa karyawan dalam proses penjahitan dan finishing. Salah satu inovasi yang dijalankan adalah pemanfaatan limbah sisa produksi untuk membuat produk turunan seperti tas, topi, dan aksesori, yang mendukung prinsip zero waste.
“Potongan kain bekas produksi biasanya kami olah kembali, agar tidak terbuang sia-sia,” tambah Anita.
Menjaga Eksklusivitas dengan Sistem Pesanan
Untuk menjaga kualitas dan sentuhan seni pada setiap karyanya, Anita menerapkan sistem penjualan berbasis pesanan (custom order). Ia sengaja tidak terlalu mengandalkan penjualan massal melalui marketplace untuk memastikan setiap produk tetap eksklusif dan berkualitas tinggi.
“Desain kami bersifat personal dan tak diproduksi massal. Saya ingin menjaga kualitas jahitan dan nilai seninya,” kata Anita.
Brand-nya juga mengusung tagline “Merawat Karya Agung Leluhur” sebagai bentuk penghargaan terhadap budaya lokal, khususnya kain lurik yang selalu hadir dalam setiap koleksi.
“Saya percaya karya ini ikut melestarikan budaya, karena lurik punya nilai sejarah yang mendalam di Klaten,” ujarnya dengan bangga.
Tantangan dan Misi Sosial dalam Mengembangkan Bisnis
Anita tidak menampik adanya berbagai tantangan dalam mengembangkan bisnisnya. Terutama dari segi sumber daya manusia dan pola pikir masyarakat yang cenderung lebih menyukai produk massal dan harga murah tanpa memperhatikan nilai proses produksi.
“Sering kali orang hanya melihat harga, bukan proses dan nilai dari produk itu sendiri,” ujarnya.
Meski begitu, ia terus bersemangat berinovasi dan aktif mengikuti berbagai pameran nasional guna memperluas jangkauan pasar. Selain fokus pada keberlanjutan dan pelestarian budaya, Anita juga menjalankan misi sosial dengan membuka peluang kerja bagi kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas, untuk berkontribusi dalam proses produksi.
“Saya ingin usaha ini bisa memberi dampak secara ekonomi, sosial, dan lingkungan,” tuturnya.
Pesan untuk Generasi Muda dan Masa Depan Fashion Berkelanjutan
Anita Alvin menaruh harapan besar kepada generasi muda agar lebih mencintai budaya lokal dan berani mengembangkan potensi diri melalui karya kreatif yang bermakna.
“Mari rawat bumi dengan memakai busana yang timeless dan bisa didaur ulang. Hargai proses, cintai alam, dan ciptakan karya yang punya makna,” pesannya.
Di tengah maraknya tren fast fashion dan konsumsi berlebihan yang merusak lingkungan, perjalanan bisnis Anita Alvin menjadi inspirasi bahwa fashion bisa menjadi media pelestarian budaya sekaligus wujud nyata kepedulian terhadap lingkungan dan pemberdayaan sosial.
Kisah Anita Alvin dari Klaten menunjukkan bahwa dengan tekad, kreativitas, dan kesadaran lingkungan, bisnis fashion lokal dapat berkembang pesat tanpa mengorbankan nilai budaya dan keberlanjutan. Brand Anita Alvin membuktikan bahwa produk fashion yang ramah lingkungan dan berkarakter kuat mampu bersaing di tingkat nasional, bahkan menjadi pilihan dalam berbagai ajang bergengsi seperti Miss Global dan Klaten Fashion Festival.
Perjalanan Anita juga mengingatkan bahwa keberhasilan dalam dunia fashion bukan hanya soal tren dan estetika semata, melainkan juga tentang bagaimana menciptakan nilai tambah bagi masyarakat, budaya, dan lingkungan yang lebih baik.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Penguatan Bursa Asia Dongkrak IHSG
- 15 Juli 2025
2.
Hutama Karya Perkuat Manajemen Risiko Tol Sumatera
- 15 Juli 2025
3.
Tol Jagorawi Dipelihara Jasa Marga, Cek Jadwalnya
- 15 Juli 2025
4.
PT PP Rampungkan Revitalisasi Stasiun Tanah Abang
- 15 Juli 2025
5.
Waskita Karya Bangun 14 Gedung KLHK
- 15 Juli 2025