
JAKARTA - Di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi, pelestarian budaya lokal menjadi tantangan tersendiri. Bahasa dan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun seringkali tergerus oleh perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup masyarakat, terutama generasi muda. Namun, upaya pelestarian budaya tidak melulu harus dilakukan lewat kegiatan formal atau acara kebudayaan yang besar. Inovasi dan kreativitas di sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kini menjadi salah satu jalan efektif untuk menjaga keberlangsungan budaya sekaligus memperkuat ekonomi lokal.
Salah satu contoh yang menarik perhatian adalah UMKM Peyek Ngekhup Erza, produsen camilan tradisional khas Lampung. UMKM ini tidak hanya menjual produk makanan ringan, tetapi juga membawa misi pelestarian budaya yang unik: mengenalkan Bahasa Lampung melalui kemasan produk mereka. Dengan strategi ini, Peyek Ngekhup Erza berhasil menggabungkan cita rasa gurih dan kerenyahan peyek dengan edukasi bahasa lokal, sebuah pendekatan yang segar dan relevan untuk menjangkau masyarakat luas, terutama anak muda.
Sejak awal tahun ini, Peyek Ngekhup Erza mulai memperkenalkan kemasan berbahasa Lampung yang disertai dengan terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Setiap bungkus peyek yang dijual tidak hanya berisi camilan, tetapi juga mengandung kata-kata dalam Bahasa Lampung dengan arti yang mudah dipahami. Sebagai contoh, pada salah satu kemasan tertulis kata “Ngekhup” yang berarti renyah, mengajak konsumen untuk belajar bahasa secara ringan dan tanpa beban.
Baca Juga
Erza Anggraini, pemilik UMKM ini, menjelaskan ide di balik kemasan tersebut. “Melalui kemasan, kami ingin membuat konsumen mengenal satu atau dua kata Bahasa Lampung setiap kali mereka menikmati peyek,” katanya dalam sebuah dialog budaya. Dengan cara ini, pelanggan tidak hanya mendapatkan makanan enak, tetapi juga berkesempatan mengenal kekayaan bahasa daerah yang mulai jarang digunakan sehari-hari.
Inovasi seperti ini mendapat respon positif dari berbagai kalangan, mulai dari guru, pemerhati budaya, hingga masyarakat umum. Mereka mengapresiasi langkah UMKM Peyek Ngekhup Erza sebagai media efektif untuk menghidupkan kembali bahasa dan budaya Lampung di tengah masyarakat modern. Pendekatan ini sangat membantu karena pembelajaran bahasa lokal tidak hanya terjadi di ruang formal, tetapi juga di keseharian melalui interaksi dengan produk sehari-hari.
Selain memperkenalkan bahasa daerah, strategi ini juga memperkuat identitas lokal UMKM tersebut. Dalam era persaingan pasar yang semakin ketat, pengemasan produk yang menyelipkan unsur budaya menjadi pembeda yang kuat dan meningkatkan nilai jual produk. Peyek Ngekhup Erza tidak sekadar menjual camilan, tetapi juga menjual cerita dan warisan budaya yang membuat produknya unik dan bernilai lebih.
Lebih jauh, langkah ini menunjukkan bahwa UMKM dapat menjadi agen pelestarian budaya yang sangat strategis. UMKM selama ini dikenal sebagai penggerak ekonomi dan penyedia lapangan kerja, namun peran mereka bisa lebih luas, yakni menjaga dan melestarikan warisan budaya yang rentan terlupakan. Dengan menggabungkan produk tradisional dengan pendekatan edukasi budaya, UMKM menciptakan sinergi antara ekonomi dan sosial budaya yang berdampak positif.
Pelestarian budaya melalui produk lokal juga membantu generasi muda lebih mengenal dan mencintai akar budaya mereka sendiri. Anak muda yang mungkin jarang berinteraksi langsung dengan bahasa daerah kini bisa belajar dan mengapresiasi budaya lokal secara tidak langsung melalui konsumsi produk. Ini adalah strategi efektif untuk menumbuhkan rasa bangga dan kepedulian terhadap budaya sejak dini.
UMKM Peyek Ngekhup Erza juga menjadi inspirasi bagi pelaku usaha lain di daerah-daerah yang memiliki kekayaan budaya dan bahasa masing-masing. Mereka dapat mengambil contoh bagaimana memanfaatkan produk lokal sebagai sarana untuk mengenalkan budaya sekaligus meningkatkan daya saing usaha. Pendekatan ini tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga memberikan kontribusi sosial yang besar.
Selain itu, inovasi ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya tidak harus mengorbankan modernisasi atau kemajuan teknologi. Malah, dengan sentuhan modern dalam pemasaran dan kemasan, budaya lokal justru bisa tampil lebih menarik dan relevan bagi masyarakat saat ini. Ini menandakan bahwa budaya dan inovasi bisa berjalan beriringan, saling melengkapi dan memperkuat.
Strategi pelestarian budaya melalui UMKM seperti yang dilakukan Peyek Ngekhup Erza patut mendapat dukungan luas. Pemerintah, lembaga budaya, dan masyarakat perlu memberikan ruang dan apresiasi agar lebih banyak produk lokal yang tidak hanya menjual barang, tetapi juga menumbuhkan kecintaan dan kesadaran budaya. Kolaborasi antar pemangku kepentingan akan semakin menguatkan gerakan pelestarian budaya berbasis komunitas dan bisnis.
Kesimpulannya, pelestarian budaya lokal tidak harus terpaku pada metode tradisional yang formal dan terbatas. Dengan kreativitas dan inovasi, UMKM bisa menjadi media efektif untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya kepada masyarakat luas. Produk-produk yang mengintegrasikan nilai budaya dalam pengemasannya, seperti yang dilakukan Peyek Ngekhup Erza, tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi, tapi juga menjadi jembatan penghubung generasi muda dengan warisan budaya mereka.
Inisiatif ini menjadi contoh nyata bahwa budaya bisa hidup dan berkembang jika dikemas dengan cara yang menarik dan relevan. Melalui UMKM dan produk lokal, budaya bukan hanya sekadar kenangan, tapi bagian aktif dari kehidupan sehari-hari yang terus diperkenalkan, diapresiasi, dan dijaga bersama.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.