
JAKARTA - Peningkatan angka kegemukan dan obesitas pada anak di Indonesia menjadi perhatian serius pemerintah. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menginisiasi langkah strategis yang tidak hanya berfokus pada pembatasan iklan produk tinggi gula, garam, dan lemak (GGL), tetapi juga membangun kolaborasi lintas sektor yang melibatkan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Pendekatan holistik ini diharapkan mampu mengendalikan paparan produk tidak sehat, sekaligus menanamkan budaya hidup sehat sejak usia dini.
Upaya ini menjadi bagian dari visi besar Indonesia Emas 2045, yakni mencetak generasi yang produktif, sehat, dan berkualitas. Oleh karena itu, pemerintah tidak hanya mengandalkan aturan pembatasan iklan di media, melainkan juga memperkuat edukasi, regulasi, dan pengawasan yang menyasar berbagai sisi kehidupan anak dan remaja.
Pembatasan Iklan Produk Tinggi GGL: Regulasi Penting di Era Digital
Baca Juga
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, menegaskan bahwa pembatasan iklan makanan dan minuman tinggi gula, garam, dan lemak adalah amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024. Peraturan ini menekankan pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular dengan mengatur iklan dan promosi produk konsumsi yang tidak sehat, khususnya yang mudah dijangkau oleh anak-anak.
“Ini sangat penting karena anak-anak kini sangat dekat dengan media digital. Mereka bisa dengan mudah terpapar iklan makanan tidak sehat, yang akhirnya memengaruhi pilihan konsumsinya sehari-hari,” ujar Nadia dalam webinar yang digelar di Jakarta.
Menurutnya, kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Digital sangat vital mengingat platform digital merupakan ruang utama anak-anak mengakses informasi, termasuk iklan promosi produk makanan dan minuman. Pembatasan ini diharapkan mampu menekan tren peningkatan obesitas yang kerap bermula dari pola konsumsi tidak sehat sejak masa kanak-kanak.
Data Prevalensi Obesitas Anak Menjadi Alarm Kesehatan
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi anak berusia 5–12 tahun yang mengalami kelebihan berat badan mencapai 11,9 persen. Sedangkan anak yang tergolong obesitas tercatat sebesar 7,8 persen. Angka ini menjadi peringatan keras bahwa masalah kegemukan pada anak tidak bisa diabaikan karena dapat berlanjut hingga dewasa dan memicu penyakit kronis yang serius.
“Semua ini bisa menimbulkan penyakit yang kompleks, mulai dari jantung, stroke, diabetes, kanker, hingga masalah fertilitas seperti PCOS (Polycystic Ovary Syndrome),” jelas Nadia.
Ia juga mengingatkan bahwa penyakit akibat obesitas tergolong katastropik, yakni penyakit yang membutuhkan biaya tinggi dalam penanganan dan memberikan dampak besar terhadap produktivitas nasional. Namun, karena obesitas tidak terjadi secara tiba-tiba, masih ada kesempatan melakukan intervensi pencegahan sejak dini untuk menghindari dampak yang lebih berat.
Penanganan Obesitas Anak: Mudah dan Terjangkau
Siti Nadia menegaskan bahwa obesitas sebenarnya merupakan isu kesehatan yang paling murah dan mudah ditangani jika dicegah dengan cara yang tepat. Perubahan gaya hidup sederhana seperti mengurangi konsumsi makanan tidak sehat, rutin berolahraga, dan aktif bergerak dapat menjadi solusi efektif.
“Obesitas itu hal yang paling murah dan mudah untuk ditangani. Cukup dengan tadi—membatasi konsumsi, olahraga, dan aktivitas fisik,” ujarnya.
Selain itu, Kemenkes juga mendorong program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di sekolah-sekolah untuk mendeteksi dini kasus kegemukan dan obesitas. Program ini diharapkan memberikan gambaran lebih rinci mengenai prevalensi masalah gizi dan berat badan anak-anak di seluruh Indonesia.
“Saya yakin nanti kita mesti lihat lagi, apakah angka dari CKG ini akan jauh lebih tinggi dari data SKI,” tambah Nadia.
Sinergi Lintas Kementerian untuk Penanganan Komprehensif
Penanganan obesitas tidak cukup hanya dengan pembatasan iklan. Kemenkes menjalin kerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan labelisasi produk makanan dan minuman sehat, sekaligus memberikan edukasi yang meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kandungan produk konsumsi.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) juga ikut berperan dalam menyiapkan skema cukai atas produk tinggi GGL. Kebijakan cukai ini diharapkan tidak hanya menekan konsumsi produk tidak sehat, tetapi juga menjadi sumber pemasukan negara yang dapat dialokasikan kembali untuk program kesehatan.
“Kami juga bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk menyampaikan edukasi soal pangan sehat di sekolah dan mendorong anak-anak lebih aktif secara fisik,” jelas Nadia.
Melalui kolaborasi ini, diharapkan terjadi perubahan budaya konsumsi yang menyeluruh, tidak hanya dari individu tapi juga lingkungan keluarga dan sekolah, sehingga tercipta masyarakat yang lebih sadar akan pola hidup sehat.
Program Makan Gratis: Strategi Pemenuhan Gizi Seimbang
Nadia juga menyoroti pentingnya program makan gratis yang tengah dikembangkan oleh pemerintah. Jika dijalankan dengan baik, program ini dapat menjadi sarana efektif menyediakan makanan sehat dan bergizi bagi anak-anak, terutama yang berada di daerah dengan akses terbatas.
“Melalui program makan gratis, kami berharap Badan Gizi Nasional juga dapat menyediakan makanan yang lebih sehat dan tentunya bermanfaat dari sisi gizinya,” tambahnya.
Program ini diharapkan bisa menjadi jembatan pemenuhan kebutuhan gizi anak sekaligus menanamkan pola makan sehat yang dapat berdampak positif pada tumbuh kembang mereka.
Membangun Generasi Emas Melalui Kesehatan Anak
Target Indonesia menjadi negara maju pada 2045 tidak terlepas dari kesiapan generasi muda yang sehat dan produktif. Pencegahan obesitas sejak usia dini menjadi fondasi utama mencetak masyarakat yang tangguh dan minim risiko penyakit kronis.
Dengan pendekatan kolaboratif yang memanfaatkan teknologi digital, edukasi, regulasi, dan pengawasan lintas sektor, diharapkan tercipta ekosistem yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. Sehingga, menjamin bahwa generasi emas Indonesia benar-benar siap menghadapi tantangan masa depan dengan sehat dan kuat.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
2.
Tiket PELNI Diskon, Penumpang dari Semarang Melonjak
- 11 Juli 2025
3.
Strategi Ampuh Memulai Bisnis Online UMKM dari Nol
- 11 Juli 2025
4.
KAI Permudah Pemesanan Tiket Menit Terakhir
- 11 Juli 2025
5.
IHSG Cerah, Saham Saham Ini Jadi Primadona Investor
- 11 Juli 2025