Penyakit Parkinson Tidak Hanya Gangguan Motorik, Namun Juga Berdampak pada Kesehatan Mental
- Rabu, 11 Juni 2025

JAKARTA - Penyakit Parkinson dikenal luas sebagai gangguan saraf yang mengakibatkan pasien kesulitan mengendalikan gerakan tubuh. Namun, di balik gangguan motorik yang mencolok ini, pasien Parkinson juga menghadapi tantangan besar terkait kesehatan mental. Gejala nonmotorik seperti depresi, gangguan tidur, dan masalah emosional sering kali luput dari perhatian, padahal dampaknya sama beratnya.
Parkinson dan Gejala Nonmotorik: Lebih dari Sekadar Gangguan Gerak
Sebagian besar masyarakat memahami Parkinson hanya sebagai penyakit yang menyebabkan tremor, kekakuan otot, dan gangguan keseimbangan. Namun, kondisi ini ternyata jauh lebih kompleks. Pasien tidak hanya mengalami gangguan motorik, tapi juga gejala nonmotorik yang sangat memengaruhi kualitas hidup mereka.
Baca Juga
Direktur Urusan Klinis dan Advokasi, Jessica Shurer, menjelaskan, “Seluruh gangguan kronis dan progresif (dari Parkinson), semuanya bercampur dengan aspek fisiologis dan dapat memengaruhi pasien secara emosional.” Pernyataan ini menegaskan bahwa Parkinson memengaruhi tidak hanya tubuh tetapi juga pikiran dan perasaan pasien.
Gejala nonmotorik yang sering muncul meliputi kehilangan penciuman, sembelit, gangguan tidur, hingga perubahan suasana hati seperti depresi dan kecemasan. Sayangnya, gejala-gejala ini sering diabaikan karena fokus utama tetap pada gejala motorik yang lebih tampak secara fisik.
Dampak Mental Parkinson yang Sering Terabaikan
Apatia atau kurangnya motivasi, rasa cemas, dan depresi merupakan gejala mental yang umum dijumpai pada pasien Parkinson. Namun, karena kurangnya perhatian dan pemahaman, banyak pasien yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat untuk masalah ini.
Dalam kondisi Parkinson yang lebih lanjut, gangguan mental ini bisa berujung pada penurunan kemampuan kognitif seperti kesulitan mengingat dan berpikir. Salah satu kondisi yang bisa muncul adalah Levy Body Dementia, sebuah bentuk demensia yang berkaitan erat dengan Parkinson. Selain itu, pasien juga bisa mengalami halusinasi yang mengganggu keseharian mereka.
Mengapa Kondisi Mental Terpengaruh?
Ketidakseimbangan kimiawi di otak menjadi akar dari masalah kesehatan mental pada pasien Parkinson. Dopamin, neurotransmitter yang sangat berperan dalam mengatur gerakan tubuh, juga berkontribusi pada pengendalian hormon dan suasana hati. Ketika dopamin menurun akibat degenerasi sel saraf, keseimbangan kimia otak turut terganggu.
Kondisi ini diperparah jika pasien tidak mendapatkan nutrisi yang memadai serta kualitas tidur yang buruk. Kurangnya dopamin dan perubahan neurokimia lain menyebabkan suasana hati pasien bisa sangat buruk, memicu depresi dan gangguan mental lainnya.
Sebuah studi yang dipublikasikan di National Library of Medicine menunjukkan bahwa antara 40 hingga 50 persen pasien Parkinson mengalami depresi, mulai dari yang ringan hingga depresi mayor. Penelitian tersebut menemukan bahwa kematian sel saraf di bagian nukleus coeruleus otak menyebabkan penurunan kadar serotonin, hormon yang berperan penting dalam meningkatkan mood dan kesejahteraan emosional.
Dampak Psikologis Tidak Hanya pada Pasien, Tapi Juga Keluarga
Merawat pasien Parkinson bukan hanya tantangan fisik, tetapi juga mental. Menurut Hopkins Medicine, keluarga yang menjaga pasien Parkinson sering kali mengalami stres berat akibat tekanan yang timbul dari kebutuhan perawatan yang intensif. Beban ini tidak jarang menyebabkan anggota keluarga mengalami gangguan mental seperti kecemasan dan depresi.
“Pengobatan Parkinson juga bisa menimbulkan efek samping yang mirip dengan gejala penyakit itu sendiri, sehingga keluarga harus paham dan siap menghadapi situasi ini,” ujar seorang ahli neurologi dari Hopkins Medicine.
Keluarga yang merawat pasien Parkinson dianjurkan untuk selalu fleksibel dalam mengikuti jadwal konsultasi dan pengobatan. Selain itu, bergabung dengan kelompok dukungan atau supportive group sangat disarankan untuk saling bertukar pengalaman dan mendapatkan bantuan emosional. Hal ini terbukti efektif mengurangi risiko stres dan depresi pada pengasuh pasien.
Pentingnya Penanganan Holistik untuk Pasien Parkinson
Menangani Parkinson harus lebih dari sekadar fokus pada gangguan motorik. Pendekatan holistik yang juga mencakup penanganan kesehatan mental sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dokter dan keluarga harus waspada terhadap tanda-tanda depresi, kecemasan, dan gangguan tidur agar pasien mendapatkan terapi yang sesuai, baik melalui obat-obatan maupun terapi psikologis. Nutrisi yang baik dan pola tidur yang teratur juga merupakan aspek penting dalam menjaga keseimbangan mental pasien.
Penyakit Parkinson bukan hanya gangguan motorik, tetapi juga berdampak besar pada kesehatan mental pasien. Gejala nonmotorik seperti depresi, kecemasan, dan gangguan kognitif kerap diabaikan, padahal sangat menentukan kualitas hidup penderita. Selain pasien, keluarga pengasuh juga rentan mengalami gangguan mental akibat beban perawatan.
Jessica Shurer dari Parkinson's Foundation mengingatkan, “Gangguan kronis seperti Parkinson memengaruhi pasien secara fisiologis sekaligus emosional.” Oleh sebab itu, penanganan yang komprehensif dan dukungan psikososial sangat dibutuhkan untuk membantu pasien dan keluarganya menghadapi tantangan penyakit ini.
Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai gejala mental Parkinson, diharapkan pasien dan keluarga dapat memperoleh perhatian dan perawatan yang optimal, sehingga hidup tetap bermakna meski harus menghadapi penyakit kronis ini.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
Cek Tarif Listrik 2025 Lengkap per Golongan
- 26 Juli 2025
3.
4.
Empat Tambang Nikel RI Masuk Daftar Dunia
- 26 Juli 2025
5.
Intip Rumah Murah Majalengka Rp 160 Jutaan
- 26 Juli 2025