Produksi Minyak Dalam Negeri Naik, Lapangan Forel Terubuk Jadi Andalan Baru
- Rabu, 04 Juni 2025

JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto meresmikan beroperasinya dua lapangan minyak dan gas baru, Forel dan Terubuk, di Wilayah Kerja (WK) Natuna Selatan, Kepulauan Riau. Peristiwa ini menandai langkah strategis dalam mengurangi ketergantungan energi impor dan memperkuat fondasi kedaulatan energi nasional.
Dengan target produksi mencapai total 30.000 barel setara minyak per hari (BOEPD), proyek ini digadang-gadang akan memberikan dampak signifikan terhadap neraca perdagangan, stabilitas nilai tukar Rupiah, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Lapangan Forel saat ini telah memproduksi 10.000 barel minyak per hari (BOPD) dan ditargetkan mencapai 13.500 BOPD. Sementara itu, Lapangan Terubuk memulai produksi dengan kapasitas awal 4.000 BOPD dan diharapkan mampu mencapai 6.500 BOPD serta 60 MMSCFD gas.
Investasi untuk pengembangan dua lapangan ini mencapai USD 600 juta. Dikelola oleh perusahaan dalam negeri, PT Medco Energi Internasional Tbk, proyek ini menjadi contoh konkret dari penguatan industri migas nasional berbasis sumber daya lokal.
Baca JugaBaterai EV Terbesar, Hilirisasi Nikel Dorong Ekonomi Nasional
“Proyek ini adalah bukti bahwa Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri di sektor energi, memanfaatkan teknologi dan tenaga kerja lokal untuk menggerakkan perekonomian bangsa,” ujar Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat mendampingi Presiden dalam peresmian lapangan migas tersebut.
Potensi Migas Natuna Masih Sangat Besar
Kawasan Natuna Selatan kini menjadi titik tumpu baru pengembangan sektor hulu migas. Dari total 16 wilayah kerja di kawasan ini, enam di antaranya sudah berproduksi, sementara 10 sisanya masih dalam tahap eksplorasi. Hal ini menunjukkan bahwa potensi migas di wilayah ini masih sangat besar dan belum sepenuhnya tergali.
Menteri Bahlil menekankan pentingnya optimalisasi wilayah kerja yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Di sekitar blok Forel dan Terubuk, masih terdapat pemegang izin yang tidak melakukan kegiatan eksplorasi maupun produksi dalam waktu lama. Jika dimaksimalkan, potensi tambahan produksi bisa mencapai 5.000 hingga 7.000 BOPD.
“Ada banyak blok yang sudah pegang izin lama tapi tidak digarap. Ini tidak bisa dibiarkan. Kita punya potensi besar yang harus dimaksimalkan untuk rakyat,” ujar Bahlil.
Sebagai langkah konkret, pemerintah menerbitkan Keputusan Menteri ESDM No. 110.K/MG.01/MEM.M/2024 yang memberi pedoman pengembalian bagian wilayah kerja potensial yang tidak diusahakan. Pemerintah akan mengevaluasi wilayah kerja yang stagnan, termasuk blok non-produktif selama dua tahun berturut-turut atau yang belum melanjutkan struktur discovery selama tiga tahun.
Blok Mangkrak dan Potensi Energi Nasional
Secara nasional, terdapat 10 wilayah kerja migas yang telah memiliki Plan of Development (POD) namun belum beroperasi, dengan estimasi produksi mencapai 31.300 BOPD dan potensi investasi senilai USD 1,8 miliar. Jika diaktifkan, blok-blok ini berpotensi menghasilkan 51,35 juta barel minyak dan 600 miliar kaki kubik (BCF) gas, serta membuka lapangan kerja bagi sekitar 20.000 orang.
Salah satu aset strategis nasional, Blok East Natuna, menyimpan cadangan gas hingga 222 triliun kaki kubik (TCF), menjadikannya cadangan gas terbesar di Asia Pasifik. Meskipun menghadapi tantangan teknis seperti kadar CO2 yang tinggi (71%-72%), potensi eksploitasi masih mencapai 46 TCF tiga kali lipat dari cadangan Lapangan Tangguh dan Blok Masela.
Dampak Ekonomi: Kurangi Defisit Perdagangan Migas
Sektor migas selama ini menjadi penyumbang utama defisit dalam neraca perdagangan Indonesia. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, defisit sektor migas masih tercatat sebesar USD 1,33 miliar. Oleh karena itu, peningkatan produksi dalam negeri merupakan solusi nyata untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
Berdasarkan teori neraca pembayaran yang dikembangkan oleh Sidney Alexander, peningkatan produksi nasional (Y) akan mengurangi gap terhadap total pengeluaran domestik (A), yang berarti memperbaiki posisi neraca perdagangan (BT = Y - A). Dengan meningkatnya pasokan dari dalam negeri, kebutuhan impor akan berkurang, dan keseimbangan neraca transaksi berjalan bisa lebih terjaga.
Manfaat Langsung untuk Rakyat Indonesia
Lebih dari sekadar angka-angka makro, pengoperasian Forel dan Terubuk membawa dampak nyata bagi masyarakat. Selama fase konstruksi, proyek ini menyerap sekitar 2.300 tenaga kerja. Ini bukan hanya membuka lapangan pekerjaan baru, tetapi juga meningkatkan kompetensi tenaga kerja nasional di sektor strategis.
Pencapaian penting lainnya adalah penggunaan kapal FPSO (Floating Production Storage and Offloading) dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang hampir 100 persen. Ini menunjukkan kemajuan besar dalam penguasaan teknologi dan industri pendukung migas dalam negeri.
“Anak-anak bangsa mampu membangun dan mengelola proyek strategis kelas dunia. Ini adalah kebanggaan dan bukti bahwa industri migas nasional sudah sangat maju,” kata Menteri Bahlil.
Menuju Kedaulatan Energi dan Hilirisasi Migas
Pemerintah menargetkan produksi minyak nasional dapat mencapai 900.000 hingga 1 juta barel per hari pada 2029–2030. Langkah-langkah konkret seperti optimalisasi blok yang mangkrak, insentif bagi investor, dan pengembangan lapangan baru menjadi bagian dari strategi mencapai target tersebut.
Selain fokus pada eksplorasi dan produksi (hulu), pemerintah juga mendorong hilirisasi sektor migas. Pembangunan industri petrokimia dan bahan bakar ramah lingkungan menjadi prioritas dalam menambah nilai ekonomi dan menciptakan industri yang berdaya saing tinggi.
Pilar Energi Nasional yang Baru
Lapangan Forel dan Terubuk bukan hanya simbol keberhasilan proyek migas, tetapi juga menjadi tonggak dalam upaya mewujudkan ketahanan energi nasional yang reliable, accessible, dan sustainable. Kemandirian energi tidak hanya memperkuat ekonomi, tetapi juga menjamin ketersediaan energi bagi seluruh rakyat Indonesia.
Langkah ini sejalan dengan visi besar pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045 dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dengan pengelolaan sumber daya alam yang bijak dan modern, Indonesia semakin dekat untuk menjadi bangsa yang mandiri, sejahtera, dan berdaulat di bidang energi.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.