Produksi Beras Meningkat, Harga Premium dan Medium Tetap Tinggi

Produksi Beras Meningkat, Harga Premium dan Medium Tetap Tinggi
Produksi Beras Meningkat, Harga Premium dan Medium Tetap Tinggi

JAKARTA - Meskipun produksi beras nasional meningkat signifikan, harga beras premium dan medium di pasaran tetap berada di atas harga eceran tertinggi (HET).
Hal ini menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat, karena seharusnya kenaikan produksi bisa menurunkan tekanan harga.

Mengacu pada Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Kamis, 2 Oktober 2025 pukul 08.00 WIB, harga rata-rata beras premium di tingkat konsumen secara nasional tercatat Rp16.069 per kg, naik 7,85% dari HET nasional yang dipatok Rp14.900 per kg. Kenaikan ini terjadi di seluruh wilayah: zona 1 Rp15.449 per kg, zona 2 Rp16.528 per kg, dan zona 3 Rp18.045 per kg, sementara HET masing-masing zona hanya Rp14.900, Rp15.400, dan Rp15.800 per kg.

Harga beras medium juga masih tinggi secara nasional, tercatat Rp13.754 per kg, sedangkan HET nasional sebesar Rp13.500 per kg atau lebih tinggi 1,88%. Rinciannya, zona 1 Rp13.446 per kg, zona 2 Rp13.780 per kg, dan zona 3 Rp15.875 per kg.

Baca Juga

Freeport Serahkan 12 Persen Saham Gratis, Perkuat Kepemilikan Nasional

Kendati harga tetap tinggi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi beras bulan Agustus 2025 mencapai 3,24 juta ton, meningkat 9,81% dibandingkan Agustus 2024 yang sebesar 2,95 juta ton.

“Produksi beras untuk konsumsi pangan masyarakat pada Agustus 2025 mencapai 3,24 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 9,81% dibandingkan kondisi di sepanjang Agustus 2024 yang sebesar 2,95 juta,” ujar M. Habibulah, Deputi Bidang Statistik Produksi, dalam pemaparan neraca dagang.

Dengan demikian, total produksi beras dari Januari hingga Agustus 2025 mencapai 25,27 juta ton, meningkat 15,47% dari periode sama tahun lalu sebesar 21,88 juta ton. Perkiraan produksi beras dari September hingga November 2025 mencapai 7,92 juta ton, naik 4,41% dibandingkan tahun sebelumnya. Total produksi Januari–November diproyeksikan mencapai 33,19 juta ton, atau naik 12,62% dibandingkan periode sama tahun 2024.

Sementara itu, beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) dari Bulog justru turun tipis 0,4% dari HET nasional Rp12.500 per kg menjadi Rp12.495 per kg di tingkat konsumen. Di zona 1 harganya Rp12.245 per kg, zona 2 Rp12.760 per kg, dan zona 3 Rp13.375 per kg, semuanya tetap di bawah HET.

Selain beras, harga pangan lain juga menunjukkan pergerakan bervariasi. Bawang merah dan bawang putih bonggol berada di bawah harga acuan penjualan (HAP). Bawang merah tercatat Rp39.014 per kg, turun 5,99% dari HAP nasional Rp36.500 per kg, sementara bawang putih bonggol turun 7,32% menjadi Rp37.072 per kg dari HAP nasional Rp38.000–40.000 per kg.

Harga cabai juga mengalami penurunan. Cabai rawit merah berada di Rp45.551 per kg, turun 20,09% dibandingkan HAP nasional Rp40.000–57.000, sedangkan cabai merah keriting tercatat Rp52.184 per kg, turun tipis 5,12% dari HAP Rp37.000–55.000.

Untuk protein hewani, daging ayam ras dijual Rp38.101 per kg, lebih rendah 4,75% dari HAP nasional Rp40.000, sedangkan telur ayam ras sedikit di atas HAP, yakni Rp30.276 per kg dari HAP Rp30.000. Daging sapi murni dijual Rp136.835 per kg, turun 2,26% dari HAP Rp140.000.

Namun, beberapa komoditas tetap tinggi. Gula konsumsi tercatat Rp18.242 per kg, naik 4,24% dari HAP Rp17.500 per kg. Minyak goreng curah juga belum menurun, dengan harga nasional Rp17.470 per liter, 11,27% lebih tinggi dibandingkan HET Minyakita Rp15.700 per liter.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan terkait keseimbangan antara produksi dan harga. Meski produksi beras meningkat, tekanan harga di pasar tetap tinggi, terutama untuk kelas premium dan medium. Faktor distribusi, kualitas beras, serta mekanisme pasar turut mempengaruhi kondisi ini.

Kondisi ini menjadi perhatian pemerintah dan pemangku kepentingan, termasuk Bapanas dan Bulog, untuk memastikan bahwa surplus produksi beras dapat diterjemahkan menjadi penurunan harga yang lebih signifikan di pasar, sekaligus menjaga daya beli masyarakat.

Dengan meningkatnya produksi, ada peluang bagi intervensi lebih efektif melalui mekanisme stabilisasi harga dan distribusi, agar harga beras premium dan medium lebih sesuai dengan kemampuan konsumen, tanpa mengurangi kesejahteraan petani.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Gladi Bersih HUT ke-80 TNI Dipimpin Panglima di Monas

Gladi Bersih HUT ke-80 TNI Dipimpin Panglima di Monas

Pelindo Dorong Inovasi Sosial Melalui TJSL Award Nasional 2025

Pelindo Dorong Inovasi Sosial Melalui TJSL Award Nasional 2025

ADHI Karya Siap Maksimalkan Peluang Proyek Baru di IKN

ADHI Karya Siap Maksimalkan Peluang Proyek Baru di IKN

Update Jadwal dan Rute Pelni KM Dorolonda Oktober 2025

Update Jadwal dan Rute Pelni KM Dorolonda Oktober 2025

ASDP Pastikan Konektivitas Lancar Sukseskan MotoGP Mandalika 2025

ASDP Pastikan Konektivitas Lancar Sukseskan MotoGP Mandalika 2025