Kemenkes Lindungi Anak Lewat Edukasi Polusi Sehat

Kamis, 31 Juli 2025 | 15:42:26 WIB
Kemenkes Lindungi Anak Lewat Edukasi Polusi Sehat

JAKARTA - Kesehatan anak-anak kembali menjadi perhatian utama seiring dengan meningkatnya tingkat polusi udara, baik di lingkungan rumah maupun di luar. Kementerian Kesehatan mengingatkan pentingnya kewaspadaan orang tua terhadap paparan polusi udara yang dapat berdampak serius pada kondisi fisik anak-anak, terutama saat mereka kembali aktif bersekolah.

Aji Muhawarman, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan, menjelaskan bahwa polusi udara, baik dari dalam ruangan (indoor) maupun luar ruangan (outdoor), memberikan dampak yang merugikan bagi kesehatan semua kelompok usia. Namun, anak-anak menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terhadap efek buruk tersebut.

“Mohon diperhatikan bahwa baik polusi udara indoor maupun outdoor mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan manusia di setiap kelompok usia,” kata Aji.

Paparan polusi udara diketahui dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, khususnya pada saluran pernapasan. Beberapa risiko yang disebutkan oleh Aji meliputi asma, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit paru, kardiovaskular, dan bahkan resistensi insulin yang kini mulai muncul pada usia anak dan remaja.

Langkah Proaktif Orang Tua Jadi Kunci

Dalam situasi kualitas udara yang tidak stabil, Aji menyarankan agar para orang tua aktif memantau indeks kualitas udara dari lembaga resmi. Langkah ini penting untuk menentukan apakah anak-anak perlu memakai pelindung diri, seperti masker, atau bahkan membatasi kegiatan mereka di luar rumah.

“Jika kondisi udara sedang buruk, anak-anak dianjurkan memakai masker berstandar yang sesuai ukuran wajah mereka,” ujarnya. Tidak hanya saat berada di sekolah, tetapi juga ketika anak-anak sedang beraktivitas di luar rumah secara umum.

Kondisi yang mengkhawatirkan ini membutuhkan perhatian khusus terhadap gejala-gejala awal yang mungkin muncul akibat paparan polusi. Aji meminta agar orang tua segera mengambil tindakan jika anak menunjukkan tanda-tanda seperti batuk, sesak napas, mata berair, atau hidung meler. Tindakan cepat dengan membawa anak ke fasilitas kesehatan akan membantu mencegah komplikasi lebih lanjut.

Selain itu, menjaga asupan gizi anak juga menjadi bagian penting dalam melindungi mereka dari dampak polusi. Nutrisi yang mencukupi, terutama yang mengandung antioksidan, bisa membantu tubuh melawan kerusakan akibat polutan.

“Jangan lupa pastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka. Antioksidan dapat membantu melindungi sel-sel dari kerusakan akibat polusi,” kata Aji menambahkan.

Peran Pemerintah dalam Edukasi dan Pencegahan

Dalam upaya mengatasi dampak polusi udara secara menyeluruh, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan sejumlah inisiatif, salah satunya adalah kampanye edukatif yang menekankan pentingnya perlindungan dari polusi melalui protokol sederhana.

Melalui pendekatan yang dikenal sebagai 2M yaitu memakai masker dan melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan jika mengalami keluhan masyarakat diharapkan dapat lebih siap menghadapi kondisi udara yang memburuk.

“Edukasi ini juga tersedia melalui Aplikasi Satu Sehat milik Kementerian Kesehatan,” ujar Aji.

Tak hanya edukasi, sistem peringatan dini juga telah disiapkan oleh pemerintah untuk memberikan informasi real-time tentang kualitas udara. Informasi ini dapat diakses oleh masyarakat melalui situs resmi lembaga terkait, sehingga keputusan untuk beraktivitas di luar rumah bisa dibuat secara lebih bijaksana.

Dengan adanya informasi yang mudah diakses tersebut, masyarakat diharapkan dapat lebih sigap dalam mengambil tindakan pencegahan, terutama terhadap anak-anak yang masih sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan.

Populasi Rentan Jadi Perhatian Khusus

Polusi udara tidak hanya berdampak pada anak-anak, tetapi juga pada kelompok rentan lainnya seperti ibu hamil, lansia, serta individu dengan penyakit penyerta (komorbid). Oleh karena itu, pendekatan perlindungan harus menyeluruh dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

Kemenkes mendorong penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bagian dari kebiasaan harian. Misalnya, dengan menggunakan masker ketika kualitas udara memburuk, serta menghindari aktivitas fisik di luar ruangan bila tidak diperlukan.

“Gunakan masker saat kualitas udara memburuk dan kurangi aktivitas di luar ruang bila tidak mendesak,” imbuh Aji.

Dengan semakin meningkatnya ancaman polusi udara, kesadaran kolektif menjadi sangat penting. Keterlibatan keluarga, sekolah, komunitas, dan tenaga kesehatan dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung tumbuh kembang anak-anak.

Edukasi Jangka Panjang dan Pencegahan Berkelanjutan

Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan komitmen jangka panjang dalam menjaga kualitas hidup generasi muda. Tidak hanya melalui penanganan kasus, tetapi juga lewat upaya preventif yang didorong oleh edukasi dan pemanfaatan teknologi informasi.

Dengan edukasi yang terus ditingkatkan dan sistem pemantauan yang semakin canggih, masyarakat diharapkan bisa lebih cepat merespons risiko yang muncul, serta membentuk kebiasaan baru yang lebih sehat dan sadar lingkungan.

Melalui pendekatan holistik ini, pemerintah berharap semua pihak dapat turut serta dalam menciptakan ruang hidup yang sehat dan mendukung kesejahteraan anak-anak di tengah tantangan lingkungan yang semakin kompleks.

Terkini

OPEC Tingkatkan Produksi Minyak Global September 2025 Ini

Senin, 04 Agustus 2025 | 15:10:49 WIB

Erick Thohir Buktikan SDM PSSI Mendunia

Senin, 04 Agustus 2025 | 16:25:46 WIB

BMKG Waspadai Gelombang Tinggi, Jaga Keselamatan di Laut

Senin, 04 Agustus 2025 | 16:31:07 WIB

MIND ID Tebar Dividen, Bukti Kinerja Cemerlang

Senin, 04 Agustus 2025 | 16:39:22 WIB