
JAKARTA - Pada perdagangan Rabu waktu setempat atau Kamis pagi WIB, harga minyak dunia mengalami lonjakan signifikan, mendekati level tertinggi dalam dua minggu terakhir. Pergerakan harga ini dipicu oleh kombinasi faktor, yaitu peningkatan produksi dari kelompok OPEC+ yang lebih besar dari perkiraan serta ketidakpastian lanjutan terkait kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat (AS). Kedua faktor tersebut menciptakan suasana pasar yang lebih volatil dan penuh dinamika.
Harga minyak mentah Brent yang menjadi acuan global naik sebesar 89 sen, mencapai USD70,47 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) asal AS juga mengalami kenaikan 80 sen, menembus angka USD68,73 per barel. Jika tren ini berlanjut, kedua jenis minyak tersebut akan mencatatkan penutupan harga tertinggi sejak 24 Juni 2025.
Lonjakan harga minyak ini berkaitan erat dengan keputusan OPEC+ pada akhir pekan sebelumnya yang menyetujui kenaikan produksi sebesar 548 ribu barel per hari (bph) untuk periode Agustus 2025. Kenaikan ini melebihi proyeksi awal yang semula diperkirakan hanya sebesar 411 ribu bph. Dengan keputusan tersebut, OPEC+ mempercepat pengurangan pemangkasan produksi sukarela yang sebelumnya sebesar 2,2 juta bph, dan bahkan mengisyaratkan bahwa kenaikan produksi serupa kemungkinan besar akan kembali diumumkan pada pertemuan berikutnya yang dijadwalkan pada 3 Agustus.
Baca Juga
Meskipun terjadi peningkatan pasokan minyak, pasar masih menghadapi tekanan yang menjaga harga tetap kuat. Hal ini disebabkan oleh ketatnya persediaan distilat menengah yang merupakan produk minyak olahan penting serta gangguan pengiriman yang terus berlanjut di wilayah strategis Laut Merah. Gangguan ini berdampak signifikan terhadap rantai pasokan minyak global, sehingga membatasi kelancaran distribusi.
Analisis dari berbagai pihak, termasuk para ahli di perusahaan riset energi, menunjukkan bahwa pasokan fisik minyak sebenarnya masih lebih ketat dibandingkan data produksi yang secara resmi dirilis. Hal ini berarti meski secara angka produksi meningkat, minyak yang benar-benar tersedia di pasar untuk dikirim ke konsumen terbatas, sehingga tekanan pada harga tetap ada.
Selain faktor fundamental tersebut, kebijakan perdagangan Amerika Serikat menambah lapisan volatilitas yang cukup signifikan. Presiden AS Trump telah mengumumkan penerapan tarif baru terhadap 14 negara dan memperluasnya ke delapan negara tambahan dengan tarif yang bervariasi antara 20 hingga 50 persen. Kebijakan ini menciptakan ketidakpastian di pasar, karena dampaknya tidak hanya dirasakan di sektor perdagangan barang jadi, tetapi juga berimplikasi terhadap rantai pasok bahan baku dan energi, termasuk minyak.
Para pelaku pasar kini juga tengah menunggu data inventaris minyak mingguan dari AS yang akan dirilis oleh American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Administration (EIA) pada hari Selasa dan Rabu mendatang. Data tersebut menjadi indikator penting dalam membaca kondisi permintaan dan pasokan minyak di negara konsumen terbesar dunia tersebut. Analis memperkirakan bahwa stok minyak mentah AS akan mengalami penurunan sebesar 2,8 juta barel untuk pekan yang berakhir pada 4 Juli 2025, yang jika benar terjadi akan menjadi penurunan keenam dalam tujuh minggu terakhir.
Penurunan stok ini menandakan adanya penyerapan pasokan oleh pasar yang berpotensi menambah sentimen positif terhadap harga minyak. Namun, para analis juga memperingatkan bahwa kondisi tersebut kemungkinan tidak akan bertahan lama. Mereka memprediksi harga Brent akan mengalami koreksi menurun kembali ke kisaran USD65 per barel saat memasuki musim gugur nanti. Hal ini disebabkan oleh melemahnya permintaan musiman yang biasanya terjadi setiap tahun serta masuknya tambahan pasokan minyak dari OPEC+ yang terus meningkat.
Kondisi ini menggarisbawahi tantangan yang terus dihadapi pasar minyak global. Di satu sisi, peningkatan produksi dari OPEC+ menunjukkan usaha kelompok tersebut untuk mengendalikan keseimbangan pasar dan menghindari tekanan harga yang terlalu tinggi. Di sisi lain, gangguan logistik dan kebijakan perdagangan global menciptakan ketidakpastian yang memicu fluktuasi harga secara tajam.
Harga minyak yang tinggi akan berdampak langsung ke berbagai sektor ekonomi, terutama yang sangat bergantung pada energi seperti transportasi dan industri manufaktur. Kenaikan harga bahan bakar dapat meningkatkan biaya produksi dan distribusi, yang pada akhirnya dapat memengaruhi harga barang dan jasa di pasaran.
Di sisi lain, harga minyak yang terus naik juga menjadi sinyal penting bagi pengembangan energi alternatif dan efisiensi energi. Ketika harga minyak melonjak, minat untuk beralih ke sumber energi yang lebih murah dan ramah lingkungan biasanya meningkat. Hal ini juga mendorong investasi di sektor energi terbarukan dan teknologi kendaraan listrik, sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang rentan terhadap gejolak harga.
Secara keseluruhan, dinamika harga minyak dunia pada perdagangan Kamis, 10 Juli 2025, mencerminkan perpaduan antara faktor produksi, geopolitik, dan kebijakan perdagangan yang saling mempengaruhi. Para pelaku pasar, pengambil kebijakan, dan masyarakat luas perlu terus mengikuti perkembangan ini agar dapat mengambil langkah yang tepat dalam mengantisipasi dampaknya.
Kenaikan harga minyak di tengah ketidakpastian global mengingatkan bahwa pasar energi sangat sensitif terhadap perubahan kebijakan dan kondisi geopolitik. Oleh karena itu, kestabilan dan keberlanjutan pasokan minyak menjadi fokus utama berbagai negara dan lembaga terkait.
Ke depan, pergerakan harga minyak akan sangat dipengaruhi oleh hasil pertemuan OPEC+ selanjutnya, perkembangan kebijakan perdagangan AS, serta kondisi pasokan dan permintaan global. Meskipun ada potensi koreksi harga di musim gugur, ketegangan geopolitik dan gangguan logistik masih bisa menjadi faktor penguat harga minyak dalam waktu dekat.
Dengan memahami berbagai faktor tersebut, para pengambil keputusan dan pelaku industri dapat lebih siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di pasar energi yang terus berubah ini.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Bali Siap Capai 100 Persen Energi Terbarukan 2045
- 15 Juli 2025
2.
Panduan Lengkap Daftar MyPertamina untuk BBM Subsidi
- 15 Juli 2025