Asuransi Cakrawala Siapkan Strategi Diversifikasi untuk Optimalkan Pertumbuhan di Tengah Dinamika Pasar

Asuransi Cakrawala Siapkan Strategi Diversifikasi untuk Optimalkan Pertumbuhan di Tengah Dinamika Pasar
Asuransi Cakrawala Siapkan Strategi Diversifikasi untuk Optimalkan Pertumbuhan di Tengah Dinamika Pasar

JAKARTA – PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia (ACPI) mencatat penurunan tajam pada lini bisnis utama mereka, yakni asuransi kendaraan bermotor, sepanjang tahun 2025. Penurunan ini disebut mencapai sekitar 30 persen secara tahunan, seiring dengan melemahnya penjualan kendaraan nasional yang menjadi tulang punggung pendapatan premi dari sektor pembiayaan.

Direktur Teknik Asuransi Cakrawala, Subagyo, mengungkapkan bahwa perlambatan signifikan dalam sektor otomotif nasional memberikan dampak langsung pada pendapatan premi perusahaan.

“Kalau asuransi kendaraan, khususnya di Cakrawala, kan memang sumber bisnisnya itu kebanyakan dari perusahaan pembiayaan. Nah, sekarang secara umum penjualan kendaraan bermotor sedang turun. Dari situ sangat berimbas. Pencatatan premi yang dibukukan juga turun cukup signifikan,” jelas Subagyo, dikutip dari Media Asuransi, Selasa, 10 Juni 2025.

Baca Juga

Saham Pilihan Saat IHSG Diprediksi Menguat

Meskipun belum memberikan angka resmi, Subagyo menyebut bahwa penurunan premi berkisar hingga 30 persen year-on-year (YoY).

“Menurunnya mungkin saya terus terang tidak mencatat secara persis, tapi kira-kira mungkin turunnya bisa sampai 30 persen secara tahun ke tahun ya,” tambahnya.

Melemahnya Daya Beli Jadi Penyebab Utama

Penyebab utama penurunan premi ini, menurut Subagyo, adalah menurunnya daya beli masyarakat. Banyak konsumen menunda pembelian kendaraan baru karena tekanan ekonomi, sehingga berdampak langsung pada penurunan polis asuransi kendaraan baru.

“Ya itu karena memang mungkin daya beli masyarakat yang menurunnya. Sehingga orang membelanjakan uangnya untuk beli mobil juga berkurang. Ditunda, kan,” tutur Subagyo.

Lesunya pasar kendaraan baru, terutama yang dikaitkan dengan pembiayaan kredit, membuat pasar asuransi otomotif menjadi stagnan. Akibatnya, perusahaan asuransi seperti ACPI yang mengandalkan premi dari sektor ini harus mencari strategi baru untuk tetap tumbuh.

Target Premi Belum Direvisi, Tapi Revisi Tetap Terbuka

Meski mengalami tekanan dari sisi pendapatan premi, ACPI hingga saat ini belum merevisi target premi untuk tahun buku 2025. Target yang dibidik berada di kisaran Rp1,55 triliun hingga Rp1,6 triliun.

“Kami punya target di 2025 ini, saya lupa persisnya ya. Kalau tidak salah, sekitar Rp1,55 (triliun) atau Rp1,6 triliun,” ungkap Subagyo.

Namun, ia tidak menutup kemungkinan adanya revisi jika tekanan pasar terus berlanjut. Perusahaan juga tengah menyiapkan langkah antisipatif dengan mengeksplorasi sumber pendapatan dari lini bisnis lain.

“Revisi target sejauh ini sih belum ada. Tapi kemungkinan ada. Kalau dari internal kami, kami belum melihat ada rencana ke sana, tapi mungkin kami akan mencoba substitusi untuk menggarap bisnis di luar asuransi kendaraan,” tegasnya.

Strategi Diversifikasi Portofolio Dijalankan

Sebagai respons terhadap tekanan yang ada, ACPI kini mengeksplorasi strategi diversifikasi bisnis untuk memperluas sumber pendapatan. Fokus diarahkan pada pengembangan lini lain seperti asuransi harta benda dan asuransi pengangkutan.

“Kami akan mulai dari asuransi harta benda maupun asuransi lain seperti asuransi pengangkutan. Eksplorasi ini masih kami lanjutkan agar portofolio bisnis perusahaan menjadi lebih seimbang dan tidak terlalu bergantung pada asuransi kendaraan bermotor,” ujar Subagyo.

Langkah ini dinilai penting untuk mengurangi risiko konsentrasi pendapatan yang terlalu tinggi pada sektor kendaraan. Dengan portofolio yang lebih beragam, perusahaan berharap bisa menjaga stabilitas pertumbuhan jangka menengah hingga panjang.

Rasio Klaim Asuransi Kendaraan Meningkat

Tidak hanya menghadapi penurunan premi, ACPI juga mencatat adanya kenaikan rasio klaim (loss ratio) pada segmen asuransi kendaraan bermotor. Peningkatan ini disebabkan oleh lonjakan biaya perbaikan kendaraan, harga suku cadang, hingga ongkos jasa bengkel yang terus merangkak naik.

“Kalau rasio klaim tergantung dari jumlah unit yang sebenarnya sudah di-cover. Nah ini lagi-lagi masalah biaya. Khususnya kendaraan bermotor, biaya bengkel naik. Sehingga sedikit banyak pasti menyebabkan loss ratio menjadi meningkat,” ungkap Subagyo.

Kenaikan biaya reparasi pasca-kecelakaan menjadi tekanan tambahan bagi margin keuntungan perusahaan asuransi. Situasi ini semakin menegaskan urgensi bagi ACPI untuk segera memperluas lini bisnis lain yang lebih menguntungkan dan stabil.

Tantangan Industri Asuransi Umum: Ketergantungan terhadap Pembiayaan

Fenomena yang dialami ACPI sebenarnya merupakan gambaran umum tantangan yang dihadapi industri asuransi umum di Indonesia. Sebagian besar pelaku usaha masih bergantung pada sektor pembiayaan kendaraan bermotor sebagai kontributor utama premi, membuat sektor ini sangat rentan terhadap siklus ekonomi.

Ketika pembiayaan kendaraan terganggu akibat perlambatan ekonomi atau kebijakan moneter yang ketat, maka industri asuransi turut terdampak langsung.

Dalam konteks ini, diversifikasi portofolio menjadi langkah penting untuk mengurangi volatilitas dan menjaga pertumbuhan jangka panjang. Perusahaan yang cepat beradaptasi dengan strategi baru, seperti yang kini dilakukan ACPI, berpeluang lebih besar untuk bertahan dan berkembang.

Penurunan premi sebesar 30 persen pada asuransi kendaraan membuat PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia (ACPI) menyiapkan langkah strategis diversifikasi bisnis untuk menjaga pertumbuhan. Meskipun target premi 2025 belum direvisi, perusahaan mulai aktif menjajaki lini bisnis baru seperti asuransi harta benda dan pengangkutan sebagai penyeimbang portofolio.

Dengan tekanan tambahan berupa kenaikan rasio klaim kendaraan, ACPI menekankan pentingnya inovasi dan diversifikasi untuk mengatasi ketergantungan pada sektor pembiayaan kendaraan bermotor. Upaya ini menjadi bagian dari transformasi ACPI untuk menjaga daya saing dan ketahanan finansial di tengah dinamika pasar yang penuh tantangan.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

HP OPPO Rp2 Jutaan, Speknya Ngebut

HP OPPO Rp2 Jutaan, Speknya Ngebut

Harga HP Xiaomi Juli 2025 Terbaru

Harga HP Xiaomi Juli 2025 Terbaru

Peran Pendidikan bagi Masa Depan

Peran Pendidikan bagi Masa Depan

Layanan Kesehatan Gratis Digelar di Bekasi

Layanan Kesehatan Gratis Digelar di Bekasi

7 Wisata Air Favorit di Malang Raya 2025

7 Wisata Air Favorit di Malang Raya 2025