Kemenkes Laporkan 183 Jemaah Haji Indonesia Wafat, 214 Masih Dirawat di Rumah Sakit
- Selasa, 10 Juni 2025

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 183 jemaah haji Indonesia meninggal dunia hingga hari ke-40 pelaksanaan ibadah haji tahun 2025. Data ini diungkapkan langsung oleh Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo.
"Jumlah jemaah haji yang meninggal sebanyak 183 orang," jelas Liliek saat dihubungi. Ia menambahkan, penyakit jantung menjadi faktor utama yang menyebabkan tingginya angka kematian di kalangan jemaah Tanah Air selama pelaksanaan haji tahun ini.
Selain itu, Kemenkes juga melaporkan bahwa sebanyak 214 jemaah haji masih menjalani perawatan di rumah sakit di Arab Saudi. Angka ini menunjukkan perhatian khusus terkait penanganan kesehatan jemaah yang mengalami gangguan fisik selama melaksanakan rukun Islam kelima tersebut.
Baca Juga
Penurunan Jumlah Jemaah Meninggal Dibanding Tahun Lalu
Menurut data Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, angka kematian jemaah haji Indonesia pada tahun 2025 ini sebenarnya lebih rendah dibanding tahun sebelumnya di hari operasional yang sama. Pada pelaksanaan haji 2024, tercatat sebanyak 190 jemaah wafat di minggu kelima penyelenggaraan haji.
Penurunan jumlah kematian ini menunjukkan adanya upaya perbaikan di sektor pelayanan kesehatan selama musim haji. Namun demikian, angka tersebut masih menjadi perhatian serius mengingat jumlah korban masih cukup tinggi.
Sorotan DPR: Masalah Kesehatan dan Pemisahan Jemaah
Anggota Tim Pengawas Haji dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selly Andriany Gantina, menyoroti permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan pengelolaan jemaah selama pelaksanaan haji tahun ini. Salah satu isu yang mendapat perhatian adalah pemisahan jemaah dari rombongan pendamping mereka, terutama bagi lansia dan pasangan suami istri.
"Saat suami dan istri dipisahkan atau pendamping dan (jemaah) lansia dipisahkan, akan ada gangguan emosional dan mental," ungkap Selly. Ia menilai bahwa pemisahan ini dapat menimbulkan tekanan psikologis yang akhirnya berdampak pada kondisi fisik jemaah.
Lebih lanjut, Selly menjelaskan bahwa berada di tengah jutaan jemaah lain di Tanah Suci tanpa pendamping yang dikenal bisa memperburuk kondisi mental seseorang, yang secara tidak langsung melemahkan fisik dan daya tahan tubuh.
Evaluasi Kesehatan Jemaah: Masih Ada Celah
Politikus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ini juga menyoroti banyaknya jemaah haji yang meninggal bukan hanya berasal dari kalangan lansia, melainkan juga dari jemaah muda yang memiliki riwayat penyakit komorbid atau penyakit penyerta.
"Artinya (evaluasi haji) dari sisi kesehatan masih bolong. Masih bisa meloloskan orang-orang yang punya penyakit berat," kata Selly. Pernyataan tersebut menegaskan perlunya perbaikan dalam proses seleksi kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan.
Meski tidak merinci jumlah jemaah muda dengan penyakit kronis yang wafat, Selly menekankan pentingnya penanganan lebih ketat agar jemaah yang berisiko tinggi mendapat perhatian khusus sebelum diberangkatkan.
Upaya Kemenkes dan PPIH dalam Menangani Kesehatan Jemaah
Kementerian Kesehatan dan PPIH terus berupaya meningkatkan layanan kesehatan selama penyelenggaraan haji. Ini termasuk penyediaan fasilitas medis, pemantauan kondisi kesehatan jemaah secara intensif, hingga penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan selama menjalankan ibadah haji.
Kepala Pusat Kesehatan Haji, Liliek Marhaendro, menambahkan bahwa pihaknya juga meningkatkan koordinasi dengan rumah sakit di Arab Saudi guna memastikan penanganan cepat dan tepat bagi jemaah yang membutuhkan perawatan.
"Fokus kami adalah mengurangi risiko kematian dengan memberikan pelayanan medis yang optimal dan edukasi kesehatan sebelum dan selama pelaksanaan haji," tutur Liliek.
Tantangan Kesehatan di Tanah Suci
Melaksanakan ibadah haji merupakan tantangan tersendiri bagi banyak jemaah, terutama bagi mereka yang berusia lanjut dan memiliki kondisi medis tertentu. Cuaca panas yang ekstrem, padatnya kerumunan, serta aktivitas fisik yang intens menjadi faktor risiko kesehatan yang harus diwaspadai.
Pengawasan kesehatan yang ketat dan persiapan medis yang matang menjadi kunci keberhasilan menjaga kesehatan jemaah selama melaksanakan rangkaian ibadah haji.
Harapan dan Rekomendasi
Dengan angka kematian yang masih tinggi, berbagai pihak mendorong evaluasi menyeluruh terhadap prosedur kesehatan jemaah, termasuk pengetatan seleksi dan monitoring kesehatan yang lebih baik. Selain itu, perhatian terhadap aspek psikologis juga dinilai sangat penting untuk mencegah kematian yang berkaitan dengan stres dan tekanan mental selama di Tanah Suci.
Selly Andriany mengajak semua pemangku kepentingan untuk bersama-sama memperbaiki sistem haji agar ibadah suci ini dapat berjalan lancar dan aman bagi seluruh jemaah.
"Ini adalah tugas kita bersama untuk memastikan jemaah haji dapat melaksanakan ibadah dengan sehat dan tenang," pungkasnya.
Data terbaru dari Kemenkes menunjukkan bahwa 183 jemaah haji Indonesia telah meninggal dunia, dengan 214 jemaah lainnya masih dirawat di rumah sakit. Penyakit jantung menjadi penyebab utama kematian, sementara faktor psikologis dan pemisahan jemaah juga turut diperhatikan oleh pengawas haji DPR.
Penurunan angka kematian dibandingkan tahun lalu menjadi sinyal positif, namun evaluasi menyeluruh terkait proses seleksi dan pelayanan kesehatan jemaah tetap menjadi prioritas agar penyelenggaraan haji ke depan lebih aman dan nyaman.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Infinix Hot 60 Pro, Gadget Anyar Siap Rilis 24 Juli
- 19 Juli 2025
2.
Jadwal Kapal Pelni Tarakan Parepare Juli 2025
- 19 Juli 2025
3.
Garuda Indonesia Layani Rute Jakarta Samarinda
- 19 Juli 2025
4.
Olahraga Ringan Bantu Jaga Tulang Belakang
- 19 Juli 2025
5.
6 Pasangan Artis Kakak Adik yang Jarang Terekspos
- 19 Juli 2025