Perbankan Indonesia Tunjukkan Kinerja Kuat dengan Pertumbuhan Kredit 8,88 Persen
- Kamis, 05 Juni 2025

JAKARTA — Kinerja intermediasi perbankan Indonesia tetap menunjukkan stabilitas yang kuat, meski tekanan global masih berlanjut. Berdasarkan laporan terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit perbankan tumbuh sebesar 8,88 persen secara tahunan (year on year/yoy) dengan nilai mencapai Rp7.960,94 triliun.
Meskipun pertumbuhan ini sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 9,16 persen, angka tersebut mengindikasikan bahwa sektor perbankan masih ekspansif dan mampu menjaga profil risiko yang terkendali di tengah dinamika ekonomi global.
“Pertumbuhan kredit yang hampir mencapai 9 persen ini mencerminkan daya tahan dan ketahanan sistem perbankan nasional dalam menghadapi tekanan ekonomi global yang terus bergejolak,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Wimboh Santoso, saat konferensi pers di Jakarta.
Baca JugaJawa Timur Dorong Pemutihan Pajak untuk Dongkrak Kepatuhan Warga
Komposisi Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Menurut data OJK, pertumbuhan tertinggi datang dari kredit investasi yang meningkat signifikan sebesar 15,86 persen yoy. Ini menunjukkan kepercayaan pelaku usaha untuk memperluas kapasitas dan memperbaiki infrastruktur bisnis di tengah iklim ekonomi yang belum sepenuhnya stabil.
Kredit konsumsi juga tumbuh positif sebesar 8,97 persen, menandakan daya beli masyarakat yang relatif terjaga dan masih ada optimisme untuk pengeluaran rumah tangga. Sementara itu, kredit modal kerja tumbuh lebih rendah yaitu 4,62 persen, yang merefleksikan kehati-hatian korporasi dalam mengelola likuiditas dan biaya operasional.
Peran Bank BUMN dan Segmen Debitur
Dari sisi kepemilikan, bank-bank milik negara (BUMN) menjadi penggerak utama pertumbuhan kredit dengan laju sebesar 8,82 persen yoy. Ini menegaskan posisi strategis bank-bank BUMN dalam mendukung pembiayaan usaha dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Sementara itu, menurut data debitur, kredit korporasi mengalami lonjakan signifikan hingga 12,77 persen yoy, yang menjadi indikator bahwa sektor usaha besar mulai memperkuat ekspansi bisnisnya.
Di sisi lain, kredit untuk UMKM masih tumbuh moderat sebesar 2,60 persen. Namun, yang menarik adalah sub-segmen kredit usaha kecil di kelompok UMKM mengalami pertumbuhan tertinggi, mencapai 9,48 persen yoy. Hal ini menunjukkan geliat usaha kecil yang mulai bangkit dan memerlukan dukungan pembiayaan dari perbankan.
Likuiditas dan Modal Perbankan: Tetap Kuat di Batas Aman
Selain fokus pada pertumbuhan kredit, OJK juga melaporkan kondisi likuiditas industri perbankan masih berada dalam batas aman. Rasio Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD) berada pada level 111,32 persen, jauh di atas ambang batas minimum yang ditetapkan sebesar 50 persen.
Begitu pula dengan rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang mencapai 25,23 persen, sementara ambang batas minimum adalah 10 persen. Kondisi ini menunjukkan bank-bank memiliki likuiditas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan dana.
Liquidity Coverage Ratio (LCR) juga menunjukkan performa yang solid, berada pada angka 200,35 persen dua kali lipat dari ambang batas minimum 100 persen. Rasio ini mencerminkan kemampuan perbankan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan likuiditas yang cukup.
Kualitas Kredit Tetap Terjaga
Meskipun ada sedikit peningkatan pada beberapa indikator risiko, kualitas kredit perbankan masih terjaga dengan baik. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross tercatat sebesar 2,24 persen dan NPL net 0,83 persen. Meskipun sedikit meningkat dibanding bulan sebelumnya, angka ini masih dalam kategori yang sehat.
Sementara itu, kekuatan permodalan perbankan terlihat dari Capital Adequacy Ratio (CAR) yang mencapai level tinggi sebesar 25,43 persen. CAR ini menjadi bantalan penting untuk menahan risiko yang muncul akibat ketidakpastian ekonomi global.
Tren Kredit Buy Now Pay Later (BNPL) dan Upaya Penanggulangan Judi Online
OJK juga mencatat perkembangan positif pada skema kredit Buy Now Pay Later (BNPL), meskipun porsinya masih kecil yakni 0,27 persen dari total kredit perbankan. Baki debet BNPL tercatat sebesar Rp21,35 triliun dengan pertumbuhan tahunan mencapai 26,59 persen. Jumlah rekening yang menggunakan fasilitas BNPL mencapai 24,36 juta.
“Kredit BNPL menunjukkan tren pertumbuhan yang pesat dan mulai menjadi alternatif pembiayaan bagi masyarakat, terutama segmen milenial,” kata Wimboh Santoso.
Di sisi lain, OJK terus gencar menindak praktik judi online yang meresahkan masyarakat. Sebanyak sekitar 17.026 rekening terindikasi judi online telah diblokir, berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Digital.
OJK mendorong bank untuk melakukan enhanced due diligence (EDD) dan penutupan rekening yang diduga terkait judi online dengan cara mencocokkan data kependudukan (NIK) untuk memperketat pengawasan dan menjaga keamanan sistem perbankan.
Sistem Perbankan Tangguh Hadapi Ketidakpastian Ekonomi
Secara keseluruhan, OJK menegaskan bahwa industri perbankan Indonesia pada tahun 2025 masih menunjukkan performa yang stabil dan tangguh, didukung oleh pertumbuhan kredit yang sehat, likuiditas yang memadai, serta pengelolaan risiko yang baik.
Pertumbuhan kredit yang kuat terutama dari kredit investasi dan korporasi, serta dukungan bank-bank BUMN menjadi fondasi penggerak ekonomi di tengah tantangan global.
“Kinerja perbankan yang stabil ini menjadi kunci dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan menjaga stabilitas sistem keuangan,” pungkas Wimboh Santoso.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.