Indonesia Miliki Potensi Energi Bersih 3.600 GW, Surya dan Panas Bumi Jadi Andalan Masa Depan

Indonesia Miliki Potensi Energi Bersih 3.600 GW, Surya dan Panas Bumi Jadi Andalan Masa Depan
Indonesia Miliki Potensi Energi Bersih 3.600 GW, Surya dan Panas Bumi Jadi Andalan Masa Depan

JAKARTA  – Indonesia dinilai memiliki potensi energi bersih yang luar biasa, mencapai 3.600 gigawatt (GW) dari berbagai sumber terbarukan. Mulai dari energi surya, angin, air, bioenergi, hingga panas bumi, potensi ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara kunci dalam transisi energi global. Pemerintah dan pelaku industri kini didorong untuk mengoptimalkan potensi ini demi menekan emisi karbon dan mencapai target net zero emission pada 2060.

Menurut laporan terbaru Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), sektor energi global menyumbang lebih dari 70% emisi gas rumah kaca, dan mayoritas berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Dengan kondisi tersebut, pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi langkah krusial untuk menyelamatkan bumi dari krisis iklim yang semakin parah.

Energi Surya: Sumber Tak Terbatas yang Masih Terabaikan

Baca Juga

Petani Milenial Ulubelu Kembangkan Melon Panas Bumi

Dari total potensi 3.600 GW, energi surya menyumbang porsi terbesar, yakni sekitar 3.300 GW. Potensi ini tersebar hampir merata di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki intensitas sinar matahari tinggi sepanjang tahun. Namun, pemanfaatannya saat ini masih sangat kecil, berkisar di bawah 1% dari total kapasitas terpasang nasional.

Pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) menjadi prioritas utama dalam peta jalan transisi energi. Proyek PLTS atap di kawasan industri, rumah tangga, serta fasilitas publik seperti sekolah dan rumah sakit mulai digencarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

“Energi surya adalah solusi paling cepat dan murah untuk mendekarbonisasi sistem energi nasional. Ini saatnya kita manfaatkan cahaya matahari secara maksimal,” ujar perwakilan dari Kementerian ESDM.

Sejumlah proyek PLTS skala besar juga tengah dikembangkan di daerah-daerah potensial seperti Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, dan Papua.

Panas Bumi: Emas Hijau di Perut Bumi Indonesia

Di samping energi surya, energi panas bumi atau geothermal juga menjadi andalan utama, dengan potensi mencapai lebih dari 24 GW. Indonesia saat ini merupakan negara dengan cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat. Namun, baru sekitar 10% yang dimanfaatkan secara optimal.

Pemanfaatan panas bumi juga memiliki keunggulan dibandingkan energi surya dan angin, yaitu sebagai sumber energi baseload artinya mampu menyediakan listrik secara konstan 24 jam tanpa tergantung cuaca.

“Panas bumi adalah masa depan energi baseload Indonesia. Ini sumber energi bersih, stabil, dan sangat cocok untuk sistem kelistrikan nasional,” jelas Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM dalam sebuah forum energi.

Proyek-proyek geothermal besar sedang berlangsung di wilayah seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Sulawesi. Selain untuk listrik, panas bumi juga bisa dimanfaatkan secara langsung dalam industri pengolahan pangan, pengeringan hasil pertanian, dan bahkan untuk pariwisata (pemandian air panas).

Energi Angin dan Air: Alternatif Pelengkap yang Kian Berkembang

Selain surya dan geothermal, Indonesia juga menyimpan potensi energi angin sebesar 60 GW, terutama di wilayah timur seperti Nusa Tenggara Timur (NTT). Teknologi turbin angin darat dan lepas pantai (offshore) mulai dilirik, meskipun tantangan teknis dan logistik masih menjadi hambatan.

Di sisi lain, potensi energi air (hydro) di Indonesia mencapai 95 GW, dengan potensi terbesar berada di Kalimantan, Sumatera, dan Papua. Pembangkit listrik tenaga air skala besar maupun mikrohidro dinilai sangat cocok untuk daerah terpencil yang belum terjangkau jaringan listrik utama.

“Kami mendorong pengembangan pembangkit mikrohidro di desa-desa, karena ini lebih efisien dan memberdayakan masyarakat lokal,” ungkap seorang pejabat daerah dari Kalimantan Tengah.

Bioenergi: Solusi dari Limbah Pertanian dan Kehutanan

Bioenergi juga tak kalah penting. Dengan potensi mencapai 57 GW, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan pembangkit listrik berbasis biomassa dan biogas, terutama dari limbah pertanian, perkebunan, dan peternakan.

Selain menjadi sumber listrik, pengembangan bioenergi juga membantu pengelolaan limbah dan menciptakan nilai tambah ekonomi di tingkat desa. Pemerintah saat ini tengah mendorong proyek co-firing biomassa di PLTU-PLTU eksisting sebagai langkah transisi bertahap menuju energi bersih.

Menuju Net Zero Emission 2060

Komitmen Indonesia untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060 sangat bergantung pada kecepatan dan keberhasilan dalam mengembangkan energi terbarukan. Pemerintah telah meluncurkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan Peta Jalan Transisi Energi, yang menetapkan target 23% energi terbarukan dalam bauran energi nasional pada 2025.

Namun, pencapaian target ini masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari pendanaan, teknologi, hingga regulasi.

“Kita butuh kolaborasi lintas sektor, termasuk swasta dan masyarakat, agar transisi energi ini benar-benar bisa berjalan cepat dan adil,” kata perwakilan Dewan Energi Nasional dalam seminar nasional bulan lalu.

Tantangan dan Peluang

Di balik potensi yang besar, pengembangan energi terbarukan di Indonesia tidak lepas dari sejumlah tantangan. Investasi masih terhambat oleh regulasi yang belum sepenuhnya mendukung, serta struktur tarif yang belum kompetitif.

Kendati demikian, peluang ke depan tetap terbuka lebar. Meningkatnya permintaan global terhadap produk ramah lingkungan dan tekanan internasional terhadap pengurangan emisi menjadikan transisi energi sebagai keniscayaan.

“Investor akan datang jika ada kepastian hukum dan insentif fiskal yang menarik. Sekarang saatnya kita memperkuat kebijakan energi bersih,” tegas seorang analis energi dari lembaga riset nasional.

Dengan total potensi mencapai 3.600 GW, Indonesia berdiri di ambang revolusi energi bersih. Energi surya, panas bumi, air, angin, dan bioenergi adalah pilar utama yang harus dikembangkan secara serius dan konsisten. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional, tetapi juga untuk melindungi bumi dari dampak perubahan iklim yang kian nyata.

Jika dimanfaatkan secara optimal, potensi ini tidak hanya menjadikan Indonesia sebagai pemimpin transisi energi di Asia Tenggara, tetapi juga sebagai pelopor ekonomi hijau yang berkelanjutan.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Garuda Indonesia Catat Ketepatan Waktu Penerbangan Haji 2025

Garuda Indonesia Catat Ketepatan Waktu Penerbangan Haji 2025

Access by KAI Kuasai Penjualan Tiket Kereta Jarak Jauh

Access by KAI Kuasai Penjualan Tiket Kereta Jarak Jauh

Peserta BPJS Kesehatan Tembus 278 Juta Jiwa

Peserta BPJS Kesehatan Tembus 278 Juta Jiwa

Prabowo Subianto Bertemu Raja Belgia Bahas Diplomasi Strategis

Prabowo Subianto Bertemu Raja Belgia Bahas Diplomasi Strategis

Petani Milenial Ulubelu Kembangkan Melon Panas Bumi

Petani Milenial Ulubelu Kembangkan Melon Panas Bumi