
JAKARTA - Holding BUMN Industri Pertambangan, MIND ID, menetapkan target ambisius untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 21,4 persen pada tahun 2030. Langkah ini diambil sebagai respons atas prediksi lonjakan konsumsi energi yang sangat signifikan dalam beberapa tahun ke depan.
Lonjakan Konsumsi Energi dan Emisi GRK
Direktur Strategic Support & Human Capital PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Benny Alexander Wiwoho, mengungkapkan bahwa konsumsi energi MIND ID diperkirakan akan meningkat drastis, dari 48.000 terajoule (TJ) pada tahun 2023 menjadi 266.000 TJ pada tahun 2030. Peningkatan hampir enam kali lipat ini membawa konsekuensi serius pada jumlah emisi GRK yang dihasilkan.
Baca JugaKursus Singkat di London, Pertamina Wujudkan Mimpi Pemenang Best of The Best AJP 2024
“Lonjakan konsumsi energi ini berpotensi meningkatkan emisi GRK dari 4.100 kiloton CO2 ekuivalen (ktCO2e) menjadi 31.060 ktCO2e. Ini artinya emisi akan naik lebih dari tujuh kali lipat dalam waktu tujuh tahun,” ujar Benny.
Benny menambahkan, “Ini adalah tantangan yang harus dikelola secara strategis. Target penurunan emisi sebesar 21,4 persen ini merupakan peta jalan kami untuk memastikan pertumbuhan industri tetap sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan.”
Kontribusi Terhadap Target Nasional dan Global
Menurut Benny, target penurunan emisi bukan hanya untuk merespons lonjakan emisi yang diprediksi, tetapi juga sebagai kontribusi aktif MIND ID dalam mendukung pencapaian Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) Indonesia. Target ini juga merupakan langkah penting menuju visi Net Zero Emission pada 2060.
Ekspansi industri melalui hilirisasi sumber daya alam yang tengah dijalankan MIND ID, secara langsung meningkatkan kebutuhan energi. “Ekspansi ini memang berdampak pada kenaikan konsumsi energi yang kemudian mendorong naiknya emisi GRK. Jadi penanganannya harus dilakukan dengan inovasi dan strategi yang matang,” tutur Benny.
Ia menegaskan bahwa isu dekarbonisasi bukan hanya menjadi tantangan MIND ID, melainkan tantangan global yang dihadapi oleh seluruh pelaku industri pertambangan dan manufaktur. “Ketergantungan pada energi fosil masih sangat tinggi, sementara transisi menuju energi bersih membutuhkan kesiapan sistemik yang komprehensif,” jelas Benny.
Empat Strategi Dekarbonisasi MIND ID
Corporate Secretary MIND ID, Pria Utama, menjelaskan bahwa perusahaan telah merancang empat strategi utama untuk mencapai target penurunan emisi tersebut. Strategi ini fokus pada transformasi energi dan efisiensi operasional di seluruh lini produksi.
“Pertama, kami mengonversi penggunaan bahan bakar fosil ke sumber energi rendah karbon seperti B35, B40, dan LNG. Ini bertujuan mengurangi emisi dari sektor transportasi dan mesin berat yang masih bergantung pada diesel,” kata Pria.
Strategi kedua adalah meningkatkan efisiensi operasional melalui inovasi proses penambangan dan peleburan, serta menerapkan digitalisasi dan elektrifikasi untuk mendukung proses produksi yang lebih ramah lingkungan.
Ketiga, MIND ID juga menggenjot penggunaan energi terbarukan, termasuk pemasangan panel surya dan pengembangan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Selain itu, teknologi co-firing diaplikasikan pada fasilitas pembangkit dan peleburan untuk mengurangi emisi karbon.
Strategi terakhir melibatkan pemanfaatan Renewable Energy Certificate (REC) dan program carbon offset. Melalui partisipasi dalam perdagangan karbon dan pengembangan proyek berbasis alam, perusahaan berupaya menyeimbangkan jejak karbonnya.
“Kami meyakini bahwa kemajuan industri harus disertai dengan tanggung jawab besar terhadap lingkungan. Masa depan pertambangan bukan hanya soal menghasilkan lebih banyak, tetapi bagaimana menghasilkan dengan cara yang lebih bijak,” tutup Pria.
Tantangan dan Harapan Dekarbonisasi di Sektor Pertambangan
Penurunan emisi di sektor pertambangan bukan tanpa tantangan. Infrastruktur yang masih bergantung pada energi fosil dan kebutuhan investasi besar untuk teknologi hijau menjadi hambatan utama. Selain itu, transformasi menuju sistem yang lebih bersih memerlukan kesiapan sumber daya manusia dan dukungan kebijakan yang kuat.
Namun, dengan perencanaan yang matang dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, MIND ID optimistis dapat menjalankan roadmap dekarbonisasi secara efektif. Implementasi teknologi baru dan inovasi proses produksi menjadi kunci utama keberhasilan.
Langkah MIND ID ini juga diharapkan dapat menjadi contoh bagi sektor industri lainnya di Indonesia dalam mempercepat transisi energi dan mengurangi dampak perubahan iklim.
MIND ID sebagai holding BUMN pertambangan terbesar di Indonesia telah menetapkan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 21,4 persen pada tahun 2030, meskipun menghadapi tantangan besar berupa lonjakan konsumsi energi hingga 5,5 kali lipat. Melalui empat strategi utama yang meliputi konversi bahan bakar, efisiensi operasional, penggunaan energi terbarukan, serta carbon offset, perusahaan bertekad untuk menjaga pertumbuhan industri sekaligus memelihara lingkungan.
“Dekarbonisasi bukan sekadar kewajiban, melainkan kesempatan untuk menciptakan masa depan industri pertambangan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab,” kata Benny Alexander Wiwoho.
Komitmen MIND ID ini menjadi bagian penting dalam upaya nasional mencapai target iklim Indonesia, sekaligus menghadirkan masa depan industri pertambangan yang lebih hijau dan berdaya saing global.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Freeport Indonesia dan Stania Perkuat Hilirisasi Perak Timbal Nasional
- Jumat, 11 Juli 2025