BMKG Jelaskan Penyebab Hujan Agustus 2025

BMKG Jelaskan Penyebab Hujan Agustus 2025
BMKG Jelaskan Penyebab Hujan Agustus 2025

JAKARTA - Hujan yang masih rutin mengguyur sejumlah wilayah di Indonesia pada awal Agustus 2025 menjadi fenomena menarik yang banyak diperbincangkan. Padahal secara klimatologis, bulan Agustus seharusnya merupakan puncak musim kemarau. Namun, fakta menunjukkan beberapa daerah tetap menerima curah hujan cukup signifikan, bahkan beberapa mengalami hujan ekstrem. Situasi ini memunculkan berbagai pertanyaan mengenai penyebab hujan yang terjadi di bulan yang lazimnya kering ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat sejumlah wilayah mengalami curah hujan tinggi pada awal Agustus. Bengkulu tercatat mengalami curah hujan sebesar 160,8 mm per hari pada tanggal 1 Agustus. Di Maluku, curah hujan mencapai 203,5 mm pada tanggal 3 Agustus, sedangkan Sumatera Barat mencatat 176,5 mm pada tanggal 8 Agustus. Jawa Barat bahkan mencatat curah hujan hingga 254,7 mm pada tanggal 9 Agustus. Data tersebut jelas menunjukkan pola hujan yang signifikan meski memasuki musim kemarau.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyatakan bahwa kondisi ini sejalan dengan prakiraan BMKG terkait meningkatnya curah hujan pada awal bulan Agustus 2025. Ia menjelaskan bahwa hujan yang terjadi di sejumlah wilayah pada awal Agustus tersebut disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor atmosferik yang saling berinteraksi secara kompleks. "Hujan yang terjadi di sejumlah wilayah sekitarnya pada awal Agustus 2025 disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor atmosfer," jelas Guswanto.

Baca Juga

Harga Sembako Jawa Timur Terpantau Stabil Beragam

Faktor pertama adalah fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang atmosfer tropis yang bergerak di sekitar ekuator dan mampu memengaruhi pola cuaca secara luas. Selain MJO, gelombang atmosfer lain turut berperan dalam memicu pertumbuhan awan hujan. Tidak hanya itu, pengaruh tidak langsung dari bibit siklon tropis bernama 90S dan 96W juga memberikan sumbangan terhadap curah hujan yang terjadi. Sirkulasi siklonik serta perlambatan dan pertemuan angin di sekitar wilayah Indonesia turut menjadi penyebab terjadinya hujan masif tersebut.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan penjelasan dalam laman resmi BMKG. Ia menyebutkan nilai Indeks Dipole Mode saat ini berada pada kondisi negatif, yang menandakan aliran massa udara dari Samudra Hindia menuju wilayah Indonesia. Kondisi ini memicu pembentukan awan hujan dalam jumlah besar yang berpotensi menimbulkan hujan lebat disertai kilat, petir, dan angin kencang.

Berdasarkan analisis BMKG, Andri menyampaikan bahwa potensi hujan sedang hingga lebat yang disertai kilat, petir, dan angin kencang dapat terjadi pada Senin, 11 Agustus 2025 hingga 13 Agustus 2025 di sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Meskipun demikian, pada tanggal 14 hingga 16 Agustus 2025, intensitas hujan diperkirakan menurun secara umum, namun wilayah Bengkulu, Kalimantan Timur, dan Papua Pegunungan tetap berpeluang mengalami hujan lebat.

Selain hujan, BMKG juga memperingatkan potensi angin kencang yang dapat terjadi di beberapa wilayah seperti Aceh, Banten, Jawa Barat, Bali, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan. Kondisi angin kencang ini dapat menimbulkan gelombang laut tinggi di wilayah pesisir sekitarnya. Oleh karena itu, masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan pelayaran diharapkan waspada terhadap potensi cuaca ekstrem ini.

Fenomena hujan yang terjadi pada awal musim kemarau ini dikenal dengan istilah "kemarau basah". Istilah ini menggambarkan kondisi dimana walaupun sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki masa kemarau, curah hujan masih tetap terjadi secara berkala. Guswanto menegaskan bahwa fenomena kemarau basah yang dialami saat ini masih termasuk dalam batas normal secara klimatologis. "Seperti yang disampaikan BMKG, kondisi ini akan berlanjut hingga musim hujan tiba," ujarnya.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, sebelumnya menyampaikan bahwa anomali curah hujan yang terjadi sejak Mei 2025 diperkirakan akan berlanjut hingga Oktober 2025. Ia menjelaskan bahwa melemahnya Monsun Australia yang biasanya berkaitan dengan musim kemarau di Indonesia turut menjadi faktor penyebab anomali ini. Monsun Australia yang melemah membuat suhu muka laut di wilayah selatan Indonesia tetap hangat, sehingga meningkatkan kelembapan dan pembentukan awan hujan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa pola cuaca di Indonesia tidak selalu mengikuti siklus musim secara kaku. Dinamika atmosfer global dan regional dapat menyebabkan variasi pola musim, sehingga walaupun memasuki musim kemarau, beberapa daerah masih mengalami hujan. Dengan memahami fenomena ini, masyarakat dapat lebih waspada dan melakukan penyesuaian dalam aktivitas sehari-hari, terutama di wilayah yang berpotensi terkena hujan deras dan cuaca ekstrem.

Selain penting bagi masyarakat, pemahaman tentang penyebab hujan di bulan Agustus ini juga berguna bagi pemerintah dan instansi terkait dalam merumuskan kebijakan serta langkah mitigasi yang efektif. Dengan begitu, risiko bencana akibat cuaca ekstrim dapat diminimalisasi. Informasi dari BMKG menjadi kunci utama untuk memberikan peringatan dini yang akurat dan tepat waktu bagi masyarakat luas.

Perkembangan cuaca dan iklim yang semakin dinamis juga mendorong pengawasan dan penelitian terkait fenomena atmosfer secara terus menerus. Hal ini bertujuan agar sistem prediksi cuaca dapat semakin akurat dan dapat diandalkan, sehingga berbagai sektor seperti pertanian, perikanan, pariwisata, dan aktivitas masyarakat umum dapat menyesuaikan diri dengan kondisi cuaca yang berubah-ubah.

Dengan berbagai faktor yang memengaruhi, hujan yang masih turun di bulan Agustus bukanlah hal yang aneh atau diluar kebiasaan. Melainkan, ia adalah bagian dari pola iklim yang alami dan dipengaruhi oleh interaksi berbagai faktor atmosferik. Dengan pengetahuan yang tepat, masyarakat dapat menghadapi kondisi ini dengan lebih siap dan aman.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Samsung RAM 8GB Terbaik di Bawah Rp5 Juta

Samsung RAM 8GB Terbaik di Bawah Rp5 Juta

Oppo Rilis Seri Find Terbaru, Harga Mulai Rp14 Jutaan di Agustus 2025

Oppo Rilis Seri Find Terbaru, Harga Mulai Rp14 Jutaan di Agustus 2025

Rekomendasi 5 HP Xiaomi Berkamera Jernih dan Layar AMOLED

Rekomendasi 5 HP Xiaomi Berkamera Jernih dan Layar AMOLED

Danantara Optimis Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi

Danantara Optimis Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi

Harga Sembako Jawa Timur Terpantau Stabil Beragam

Harga Sembako Jawa Timur Terpantau Stabil Beragam