Erick Thohir: Timnas Jadi Prioritas Utama PSSI

Erick Thohir: Timnas Jadi Prioritas Utama PSSI
Erick Thohir: Timnas Jadi Prioritas Utama PSSI

JAKARTA - Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, kembali menegaskan bahwa fokus utama lembaga yang dipimpinnya adalah membangun dan memperkuat tim nasional Indonesia. Pernyataan ini sekaligus menegaskan posisi PSSI yang lebih memprioritaskan pembinaan dan perkembangan timnas ketimbang langsung mengurusi liga domestik secara penuh. Sikap ini sekaligus merespon sejumlah kritik yang menyebut PSSI kurang bertanggung jawab terhadap pengelolaan kompetisi liga.

Erick menjelaskan bahwa fokus pada tim nasional justru sejalan dengan arahan FIFA yang kini semakin aktif mendorong federasi sepak bola nasional untuk memprioritaskan pertandingan timnas dan pengembangan pemain di semua level usia. “PSSI fokusnya tim nasional. Jadi kalau ada yang bilang, ‘PSSI tidak mau bertanggung jawab dengan liga’, ya biarin saja. Karena mindset kita boleh berbeda,” ujar Erick Thohir dalam sebuah forum resmi.

Di sejumlah negara maju dengan tradisi sepak bola yang kuat seperti Jerman dan Inggris, federasi nasional memang lebih condong mengurusi timnas dibandingkan liga domestik. Hal ini dikarenakan liga domestik di negara-negara tersebut telah memiliki sistem pengelolaan yang mandiri dan profesional, sehingga federasi bisa lebih fokus membangun prestasi dan pengembangan timnas secara berkelanjutan.

Baca Juga

Kementerian ESDM Dukung Listrik Gratis di Sulbar untuk 27.000 Rumah

“Liga sudah bergerak sendiri, seperti Premier League dan Bundesliga,” tambah Erick.

Lebih lanjut, Erick mengungkapkan bahwa FIFA tidak hanya mendorong federasi untuk fokus pada timnas senior, tetapi juga mengupayakan peningkatan jumlah pertandingan bagi tim nasional di semua kelompok usia, mulai dari U-17 hingga U-20. Hal ini termasuk penyelenggaraan kompetisi baru seperti “FIFA Series” yang mempertemukan negara-negara yang jarang bertanding agar para pemain muda dapat merasakan pengalaman internasional lebih banyak.

“Baru duduk saja di PSSI sudah ada pengumuman lagi, Tim U-20 Putri main, terus U-17 juga jalan untuk Piala Kemerdekaan. Jadi frekuensinya makin padat,” ungkap Erick.

Menurutnya, peningkatan frekuensi pertandingan timnas di semua usia merupakan strategi FIFA untuk menjaga eksistensi dan popularitas tim nasional, di tengah menjamurnya klub-klub elit dan super club yang memiliki daya tarik ekonomi yang sangat besar.

“FIFA tidak ingin timnas kalah pamor dibanding klub. Karena itu, mereka mendorong federasi menghidupkan timnas lebih aktif,” jelas Erick.

Meskipun demikian, Erick mengakui bahwa hubungan dan sinergi antara liga domestik dan timnas tetap menjadi hal yang sangat penting untuk terus dijaga. Ia memberikan apresiasi atas dukungan dari pihak liga terhadap tim nasional, namun sekaligus menyoroti perlunya evaluasi kebijakan terkait regulasi pemain muda di kompetisi domestik. Misalnya, terkait kewajiban menit bermain untuk pemain U-23 di Liga 1 dan U-21 di Liga 2 yang menurutnya masih perlu dikaji ulang agar lebih efektif dan sesuai dengan praktik di liga-liga lain di dunia.

“Tidak ada liga di dunia yang atur U-23 harus main 45 menit. Liga 2 juga wajibkan U-21 main 45 menit. Coba cek liga lain. Ini bagian dari kolaborasi dan eksperimen kita,” tutur Erick.

Penyesuaian dan evaluasi kebijakan tersebut diarahkan untuk mendukung pembangunan tim nasional yang berkelanjutan dan bukan sekadar kebijakan populis sesaat yang mungkin kurang berdampak. Erick menekankan bahwa setiap langkah yang diambil harus fokus pada keberlanjutan pembinaan pemain muda dan kualitas sepak bola nasional demi masa depan yang lebih cerah.

Mengenai masa depan pelatih timnas, Erick mengajak publik untuk tetap bersabar dan tidak terburu-buru mengambil keputusan. Ia mencontohkan proses panjang yang pernah diterapkan saat Shin Tae-yong menjabat sebagai pelatih tim nasional Indonesia, yang diberikan waktu hingga lima tahun untuk membangun dan mengembangkan tim.

“Kalau target Piala Dunia tidak tercapai, bukan berarti semuanya harus diganti. Kita jangan menyerah sebelum bertarung. Yang terpenting itu persiapan yang matang,” kata Erick.

Ia juga menegaskan bahwa baik pelatih timnas putra maupun putri, seperti Patrick Kluivert dan Mochi, sudah diberikan kontrak kerja selama dua tahun. “Saya Ketua Umum sampai 2027. Semua ada waktunya. Kita harus jalani proses, tidak bisa buru-buru,” pungkasnya.

Dengan pernyataan tersebut, Erick ingin menegaskan bahwa PSSI kini berkomitmen berada di jalur pembangunan jangka panjang dengan tim nasional sebagai prioritas utama. Fokus ini sejalan dengan visi FIFA dan kebutuhan sepak bola Indonesia agar mampu tampil lebih kompetitif di tingkat global.

Harapannya, prioritas pada timnas tidak hanya mampu menghadirkan prestasi yang membanggakan di kancah internasional, tetapi juga mendorong perkembangan sepak bola nasional secara keseluruhan, termasuk pembinaan pemain muda yang berkelanjutan dan peningkatan kualitas kompetisi di masa depan.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

IIF Dukung Proyek Infrastruktur Berkelanjutan

IIF Dukung Proyek Infrastruktur Berkelanjutan

Tarif Transportasi Umum Hanya Rp 80 Saat HUT RI ke 80

Tarif Transportasi Umum Hanya Rp 80 Saat HUT RI ke 80

Naik Kereta Api Lebih Praktis dengan Face Recognition

Naik Kereta Api Lebih Praktis dengan Face Recognition

Sri Mulyani Wacanakan Cukai Snack Bernatrium

Sri Mulyani Wacanakan Cukai Snack Bernatrium

Urban Cruiser EV, Mobil Listrik Toyota Tampil Perdana di GIIAS 2025

Urban Cruiser EV, Mobil Listrik Toyota Tampil Perdana di GIIAS 2025