JAKARTA - Gabriel Batistuta adalah nama yang tak bisa dipisahkan dari sejarah emas Serie A. Sosok penyerang tajam asal Argentina ini membangun reputasi sebagai salah satu finisher paling mematikan sepanjang masa. Dari tanah kelahiran di Avellaneda, Argentina, Batistuta melangkah mantap menuju panggung terbesar sepak bola dunia.
Karier profesionalnya dimulai bersama Newell’s Old Boys, lalu berlanjut ke Gimnasia y Esgrima. Namun, namanya baru mulai diperhitungkan setelah membela River Plate pada tahun 1989. Di sana, Batistuta langsung menunjukkan kapasitasnya sebagai striker haus gol dengan memenangkan liga domestik.
Setelah bersinar di Argentina, Batistuta mengukuhkan reputasinya dengan mengambil langkah besar: hijrah ke Eropa, tepatnya Italia. Ini menjadi titik balik yang akan mengubah seluruh jalan hidupnya dalam dunia sepak bola.
Fiorentina: Cinta, Gol, dan Loyalitas
Pada tahun 1991, Fiorentina mendatangkan Batistuta ke Serie A. Klub ini saat itu sedang berjuang mengangkat kembali nama besar mereka di kancah sepak bola Italia. Batistuta pun menjawab tantangan itu dengan penampilan fenomenal.
Tak butuh waktu lama, ia langsung memikat hati para penggemar La Viola. Dengan gaya bermain agresif dan naluri mencetak gol luar biasa, Batistuta menjadi tumpuan utama di lini depan. Julukan "Batigol" pun lahir, mencerminkan kombinasi kekuatan fisik, ketepatan tembakan, dan penyelesaian akhir yang sangat efisien.
Selama delapan musim membela Fiorentina, ia mencetak lebih dari 150 gol di Serie A. Catatan tersebut menempatkannya sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa klub. Bahkan ketika Fiorentina terdegradasi ke Serie B, Batistuta menolak pergi. Ia tetap setia, memperjuangkan klub kembali ke kasta tertinggi.
Puncak kejayaannya bersama Fiorentina terjadi pada 1996, saat membawa tim menjuarai Coppa Italia. Ia juga turut membantu memenangkan Supercoppa Italiana pada 1996 dan 1999. Batistuta tidak hanya menjadi simbol kemenangan, tetapi juga ikon loyalitas di tengah dunia sepak bola yang keras dan dinamis.
AS Roma dan Mahkota Serie A
Meski ikatan emosionalnya dengan Fiorentina begitu dalam, Batistuta akhirnya pindah ke AS Roma pada tahun 2000. Kepindahan ini dilatarbelakangi keinginan kuat untuk mengejar gelar juara liga yang selama ini belum pernah ia raih.
Di bawah asuhan Fabio Capello, Batistuta menjadi mesin gol Roma. Pada musim 2000/2001, ia berhasil membawa I Giallorossi menjuarai Serie A. Ini menjadi gelar scudetto pertama Roma dalam hampir dua dekade, dan juga satu-satunya gelar liga utama yang diraih Batistuta selama berkarier di Italia.
Gelar ini sangat berarti bagi Batistuta. Ia telah menunggu lama untuk meraihnya. Meskipun kariernya di Roma tidak sepenuhnya mulus karena mulai diganggu oleh cedera, kontribusinya sebagai pencetak gol utama tetap tidak tergantikan.
Kontribusi untuk Tim Nasional Argentina
Tidak hanya gemilang di level klub, Batistuta juga memberikan kontribusi besar untuk Tim Nasional Argentina. Ia tampil di empat edisi Piala Dunia: 1994, 1998, 2002, dan 2006. Total, ia mencatatkan 78 caps dan mencetak 54 gol untuk negaranya.
Salah satu momen terbaiknya bersama Argentina terjadi pada Copa América 1993. Batistuta mencetak beberapa gol penting dan membawa Argentina meraih gelar juara. Ia menjadi simbol harapan bagi Albiceleste di era transisi setelah kejayaan Maradona.
Keahliannya dalam mencetak gol dari berbagai situasi baik melalui tendangan bebas, sundulan, maupun kaki kanannya yang mematikan—membuatnya selalu menjadi andalan utama tim.
Teknik, Fisik, dan Mental Juara
Batistuta bukan hanya penyerang dengan statistik mengesankan. Ia juga memiliki paket lengkap sebagai pemain depan: teknik tinggi, kekuatan fisik, kecepatan, serta mental juara. Karakteristik ini menjadikannya sangat ditakuti oleh para bek lawan di Serie A.
Ia mampu menciptakan ruang dalam situasi sulit, tahu kapan harus menembak, dan mampu menahan tekanan dalam pertandingan-pertandingan besar. Tendangan bebasnya adalah senjata mematikan, sering kali menciptakan gol dari situasi tak terduga.
Bahkan ketika cedera mulai datang silih berganti, Batistuta tetap bermain dengan dedikasi tinggi. Ia tidak pernah menyerah, menjadikan kerja keras dan determinasi sebagai ciri khas permainannya.
Warisan dan Inspirasi Abadi
Gabriel Batistuta resmi pensiun dari sepak bola pada tahun 2005. Namun, kisahnya belum berakhir. Hingga kini, ia masih menjadi sosok yang dihormati, baik oleh penggemar lama maupun generasi baru. Warisannya lebih dari sekadar jumlah gol. Ia mewariskan semangat perjuangan, kesetiaan, dan profesionalisme tingkat tinggi.
Setelah gantung sepatu, Batistuta aktif sebagai pengusaha dan duta olahraga. Ia turut mempromosikan sepak bola di berbagai negara dan terlibat dalam berbagai kegiatan amal. Figur Batigol tetap relevan, baik di dalam maupun luar lapangan.
Dari Fiorentina ke Roma, dari Piala Dunia hingga Copa América, nama Gabriel Batistuta terus berkibar sebagai salah satu penyerang terbaik yang pernah menghiasi lapangan hijau. Gol-golnya bukan hanya merobek jaring, tapi juga menorehkan sejarah.
Dia bukan sekadar "Raja Gol Serie A", melainkan ikon sejati sepak bola dunia. Dalam ingatan para pecinta sepak bola, Batistuta adalah definisi keindahan dalam permainan, sekaligus keteguhan dalam perjuangan. Tak berlebihan bila dikatakan: Batigol, seniman sejati di atas lapangan.