JAKARTA - Makanan pedas menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan kuliner Indonesia. Dari sambal terasi, rica-rica, hingga seblak dan bakso super pedas, hampir seluruh hidangan khas nusantara menyajikan sensasi pedas yang kuat. Banyak orang merasa kurang lengkap jika makan tanpa adanya sensasi pedas yang membakar lidah.
Namun, di balik kenikmatan tersebut, ada kekhawatiran yang berkembang di masyarakat. Apakah makan pedas terlalu sering bisa memicu penyakit berbahaya, terutama kanker? Isu ini kerap menjadi bahan pembicaraan, sehingga perlu penjelasan yang jelas dan berdasarkan ilmu medis.
Penjelasan Medis: Tidak Ada Bukti Kuat Hubungan Makan Pedas dan Kanker
Menjawab kekhawatiran tersebut, Prof. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FACP, FINASIM, seorang Dokter Spesialis Hematologi Onkologi Medik, memberikan penjelasan yang menenangkan. Menurutnya, hingga saat ini belum ditemukan bukti ilmiah yang kuat yang secara langsung menghubungkan konsumsi makanan pedas dengan risiko kanker.
Dalam wawancara yang diadakan, Prof. Ikhwan menegaskan, “Nggak ada juga penelitian orang makan pedas jadi gitu.” Artinya, klaim bahwa makanan pedas menjadi pemicu kanker belum terbukti secara ilmiah. Namun, ia mengingatkan agar masyarakat tetap waspada terhadap bahan tambahan yang digunakan dalam makanan pedas tersebut.
Seringkali, untuk mendapatkan rasa pedas yang sangat tajam, produsen makanan atau pedagang bisa menggunakan zat-zat kimia tambahan yang tidak berasal dari bahan alami. Hal ini bisa menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi kesehatan, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan jangka panjang.
Risiko Kesehatan dari Konsumsi Pedas Berlebihan
Walaupun makanan pedas secara alami tidak berbahaya, konsumsi berlebihan tetap dapat menimbulkan masalah, khususnya pada organ lambung. Prof. Ikhwan menjelaskan bahwa paparan cabai yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi pada dinding lambung dan berpotensi menimbulkan luka.
“Kalau dia banyak makan pedas, ini lambungnya risiko luka,” jelasnya. Luka pada lambung yang terjadi akibat iritasi tersebut jika terus menerus tidak ditangani dengan baik, bisa menimbulkan peradangan kronis. Pada kondisi tertentu, peradangan kronis inilah yang menjadi salah satu faktor risiko berkembangnya kanker lambung.
Namun, penting untuk ditekankan bahwa bukan makanan pedas itu sendiri yang menyebabkan kanker secara langsung, melainkan proses peradangan yang terjadi akibat luka lambung yang berulang kali.
Pentingnya Memahami Perbedaan Risiko dan Penyebab Kanker
Masyarakat perlu memahami bahwa kanker adalah penyakit kompleks yang muncul karena banyak faktor, termasuk genetik, lingkungan, pola hidup, dan paparan zat berbahaya tertentu. Makanan pedas bukanlah satu-satunya atau bahkan penyebab utama kanker.
Prof. Ikhwan menegaskan kembali, “Kalau semua peradangan tuh resikonya takutnya nanti kesono-sononya bisa jadi kanker juga, tapi ya nggak ada penelitian yang bilang pedas.”
Pernyataan ini mengingatkan kita agar tidak langsung mengkaitkan makanan pedas sebagai pemicu kanker tanpa bukti medis yang kuat. Peradangan yang kronis bisa menjadi salah satu pemicu, tetapi perlu penyebab lain seperti infeksi bakteri tertentu (misalnya Helicobacter pylori), gaya hidup merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan faktor genetik.
Bahan Tambahan dan Pengaruhnya pada Kesehatan
Satu hal yang menjadi perhatian dokter adalah bahan tambahan yang terkadang digunakan dalam makanan pedas. Untuk menciptakan rasa pedas yang lebih intens atau memperpanjang umur simpan, pedagang atau produsen bisa menambahkan zat-zat kimia yang tidak alami.
“Yang pedas-pedas itu sukanya ada zat-zat yang bukan alami ya. Entah apa ya yang dikasih-kasih orang buat rasanya pedas banget,” ungkap Prof. Ikhwan. Konsumsi bahan kimia berlebihan tentu berisiko menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, termasuk gangguan pencernaan dan potensi risiko kesehatan lainnya.
Oleh karena itu, penting untuk memilih makanan pedas yang menggunakan bahan alami, seperti cabai asli, dan menghindari produk dengan bahan tambahan berbahaya.
Tips Mengonsumsi Makanan Pedas dengan Aman
Meskipun makanan pedas bukan penyebab langsung kanker, tetap disarankan agar konsumsi makanan pedas dilakukan secara bijak dan tidak berlebihan. Berikut beberapa tips yang bisa diikuti:
Batasi konsumsi makanan pedas berlebihan, terutama jika memiliki riwayat penyakit lambung seperti gastritis atau tukak lambung.
Pilih makanan pedas yang menggunakan bahan alami seperti cabai segar, bukan produk olahan dengan banyak bahan tambahan kimia.
Perhatikan reaksi tubuh saat mengonsumsi makanan pedas. Jika timbul rasa nyeri lambung, mulas, atau gangguan pencernaan lainnya, sebaiknya kurangi atau hindari makanan pedas.
Konsultasikan dengan dokter jika mengalami keluhan lambung yang berulang setelah mengonsumsi makanan pedas.
Makan Pedas Aman Jika Dikonsumsi Bijak
Makanan pedas adalah bagian dari tradisi kuliner yang kaya dan menggugah selera. Sampai saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang mengaitkan konsumsi makanan pedas secara langsung dengan risiko kanker. Namun, konsumsi berlebihan bisa menyebabkan iritasi lambung dan potensi masalah kesehatan lainnya.
Lebih jauh lagi, zat tambahan non-alami yang terkadang disisipkan dalam makanan pedas harus diwaspadai karena berpotensi menimbulkan efek samping yang merugikan. Oleh karena itu, konsumsi makanan pedas tetap dapat dinikmati selama dilakukan secara bijaksana, dengan memperhatikan kualitas bahan dan kondisi tubuh masing-masing.