JAKARTA - Air Panas Pemapak Bapinang telah bertransformasi dari wisata lokal menjadi destinasi primadona yang menggugah decak kagum banyak orang. Terletak di Kampung Bapinang, Kecamatan Biatan, Kabupaten Berau, objek wisata ini bukan hanya soal kolam air panas alami, tetapi kini menjadi pusat perhatian wisatawan Nusantara. Popularitasnya meningkat drastis, dengan jumlah kunjungan dan pendapatan retribusi naik hingga 200 persen pada tahun lalu.
Terobosan demi terobosan dilakukan untuk menjaga momentum tersebut. Pemerintah daerah menyadari bahwa Air Panas Pemapak bukan sekadar tempat berendam, tetapi peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi wilayah jika dikelola dengan baik. Melalui berbagai perbaikan infrastruktur dan strategi pengelolaan, destinasi ini kini tampil semakin siap menyambut wisatawan.
Pemetaan Masalah: Apa yang Masih Perlu Dibenahi?
“Masih banyak yang harus dibenahi,” ujar Andi, staf teknis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Berau. Masih masuk kategori “wisata primadona dalam pengembangan”, Pemapak terus dipoles melalui pendanaan yang signifikan. Untuk tahun ini, Pemkab Berau mengalokasikan anggaran sebesar Rp?3,5?miliar guna merealisasikan rencana ambisius.
Fokus perhatian difokuskan pada beberapa area kritis:
Penataan akses masuk dan keluar agar memudahkan aliran pengunjung dan menghindari kemacetan kendaraan.
Pembangunan jalur tracking untuk mempermudah mobilitas di area tertinggi; juga memberi nilai tambah bagi pengunjung yang ingin trekking ringan.
Peningkatan fasilitas pendukung, seperti kios souvenir, gazebo besar, taman bermain anak, dan kolam buatan sebagai area edukatif dan hiburan tambahan.
Namun, anggaran tersebut belum sepenuhnya memperhatikan aspek keindahan alami. Penataan sungai menjadi tantangan paling berat karena area ini masih dipenuhi lumpur dan terlihat belum rapi. Andi menjelaskan, “Kami akan sulap agar lebih nyaman dan estetik.”
Kolaborasi Lokal: Kunci Pengelolaan Profesional
Keberhasilan Pemapak tidak lepas dari kerjasama lintas pihak. Pengelolaan dikelola secara kolaboratif antara pemerintah daerah, BUMDes, dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Perpaduan sinergis ini membuat operasional berjalan lebih profesional dan responsif.
Ketika pengunjung ramai, pengurus setempat siap sigap menambah tenaga untuk menjaga kebersihan lingkungan. Toilet bersih, area tetap rapi, dan kenyamanan pengunjung menjadi prioritas. "Itu karena kolaboratif yang kompak antara pemerintah daerah dan pengurus di kampung," tutur Andi dengan bangga. Efisiensi dan efektivitas kerja membuat Pemapak semakin layak disebut sebagai destinasi regional yang siapannya matang.
Kesetaraan Antara Pariwisata dan Industri Tambang
Tak berhenti pada Pemapak, Disbudpar Berau meyakini sektor pariwisata bisa sejajar dengan industri tambang batubara dalam mendorong ekonomi daerah. Meski tambang memberikan sumbangan besar secara finansial, pariwisata menawarkan nilai tambah berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan.
Menurut Andi, pembangunan destinasi wisata baru tetap dibuka asalkan dengan pendekatan cermat. Persyaratan seperti kepastian status lahan, kesiapan masyarakat, dan daya tarik utama harus dijadikan landasan. “Tidak bisa asal bangun. Harus aman dari sisi hukum dan terpenting punya daya tarik. Masyarakatnya siap mengelola,” tegasnya. Prinsip ini diharapkan menjaga agar pertumbuhan wisata tak mengorbankan hak akses atau kualitas hidup warga lokal.
Pendekatan Akademis dan Profesional
Untuk mendukung keberlanjutan sektor pariwisata, kerja sama dengan akademisi seperti Universitas Mulawarman kian diperkuat. Peran riset dan kajian ilmiah membantu memastikan bahwa pengembangan wisata tidak hanya berorientasi jangka pendek, tetapi juga memerhatikan aspek lingkungan, budaya, dan sosial.
Andi menambahkan bahwa konsultasi dengan akademisi membantu merancang strategi promosi, manajemen destinasi, dan pelatihan bagi pelaku wisata lokal. Kombinasi antara ilmu dan praktik ini diharapkan menciptakan ekosistem pariwisata yang profesional, adaptif, dan berdaya saing tinggi.
Dampak Ekonomi dan Sosial bagi Komunitas Lokal
Potensi ekonomi langsung dari Air Panas Pemapak sangat nyata. Dengan peningkatan kunjungan yang signifikan, efek multiplier berlaku bagi pelaku ekonomi lokal petani, pengrajin, pemandu wisata, hingga kios makan dan tranportasi lokal. Pendapatan masyarakat menjadi lebih stabil dan meningkat dari waktu ke waktu.
Selain ekonomi, pengembangan destinasi ini juga mendorong pemberdayaan komunitas melalui pelatihan kapasitas (capacity building) dalam mengelola layanan wisata, kebersihan, dan hospitality. Pelibatan warga dalam pengelolaan menjadikan masyarakat kampung Bapinang semakin mandiri, percaya diri, dan berdaya pulih (resilient).
Tantangan dan Rencana Kedepan
Meskipun Pemapak telah menunjukkan perkembangan signifikan, masih ada tantangan ke depan:
Pengelolaan area sungai dan jalur tracking, agar ramah pengunjung dan tak merusak alam.
Peningkatan fasilitas pendukung, tanpa menghilangkan ciri khas alami.
Pelatihan lanjutan sumber daya manusia, agar kualitas layanan tetap terjaga maksimal.
Kesiapan destinasi lain, agar tidak hanya memusat pada satu tempat, tetapi dapat menumbuhkan wisata hasil tangan lokal lainnya.
Upaya kolaborasi berkelanjutan melalui pemerintah, akademisi, BUMDes, Pokdarwis, dan masyarakat tetap menjadi poin kunci. Dengan didukung strategi yang matang, Pemapak bukan hanya sumber destinasi unggulan, tetapi juga jadi laboratorium transformasi pariwisata daerah.
Menuju Pariwisata Mandiri dan Berkelanjutan
Air Panas Pemapak Bapinang kini memasuki era baru: dari objek wisata alam menjadi destinasi premium yang diperhitungkan. Investasi besar, manajemen kolaboratif, dan pendekatan ilmiah menjadikannya momentum penting bagi pariwisata Berau. Melalui kolaborasi multi-pihak, Pemapak bisa menjadi model pengembangan destinasi yang berdaya saing tinggi, berkelanjutan, dan memberdayakan masyarakat lokal.
Dengan pengelolaan yang terus digodok, perbaikan infrastruktur, dan dukungan kelembagaan kuat, diharapkan Pemapak bisa setara bahkan tayang sejajar dengan sektor tambang sebagai tulang punggung ekonomi daerah. Jika semua elemen dapat konsisten dan berintegrasi, Pemapak bukan sekadar wisata air panas, melainkan simbol kekuatan Berau dalam mengolah potensi lokal secara cerdas dan berkelanjutan.