JAKARTA - Perjalanan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tidak pernah lepas dari kreativitas serta inovasi yang berkelanjutan. Hal ini pula yang menjadi fokus dari Wulan Ekayanti, pelaku usaha kuliner asal Kabupaten Semarang, yang membesarkan brand siomay “Onoki” dengan pendekatan baru dan segar dalam menyajikan produk kepada konsumen.
Jika banyak pelaku UMKM kuliner mengandalkan konsep yang sudah umum, Onoki mencoba tampil berbeda. Tidak hanya dari kualitas bahan, tetapi juga dari cara menyajikan siomay menu yang sangat akrab di lidah masyarakat Indonesia dengan nuansa modern dan pilihan rasa internasional.
Wulan, pemilik Onoki Siomay, mengungkapkan bahwa inovasi adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari eksistensi UMKM saat ini. Konsumen terus bergerak mengikuti tren dan selera yang berubah-ubah. Oleh karena itu, pelaku usaha juga harus sigap dalam menyesuaikan diri.
“Kami ingin orang yang menikmati siomay Onoki bisa merasakan rasa saus yang berbeda. Sesuai dengan tagline kami, next level siomay,” ungkap Wulan.
Tidak hanya menyuguhkan siomay seperti pada umumnya, Wulan membawa angin segar lewat variasi saus pendamping. Jika biasanya siomay disajikan dengan saus kacang, Onoki hadir dengan tambahan dua jenis saus lain, yakni saus padang dan saus gochujang. Dua varian tersebut memberikan pengalaman rasa yang unik dan sekaligus memperluas segmen konsumen, terutama dari kalangan muda yang lebih terbuka dengan cita rasa baru.
Inovasi pada level produk menjadi salah satu ciri khas dari Siomay Onoki. Tidak hanya bermain pada rasa, tetapi juga terus memperhatikan aspek kualitas dan keaslian bahan baku. Wulan mengatakan bahwa sejak awal, ia menggunakan bahan ikan barakuda sebagai campuran utama siomay produksinya.
“Ikan barakuda itu kualitasnya baik, meskipun harganya masih tergolong terjangkau. Teksturnya mirip dengan ikan tengiri yang biasa digunakan, dan setelah diolah, masyarakat bisa menerima rasanya,” ujar Wulan.
Keputusan untuk menggunakan ikan barakuda bukan hanya semata untuk menekan biaya produksi, tetapi juga karena pertimbangan kualitas dan konsistensi rasa yang bisa diterima oleh konsumen dari berbagai kalangan. Menurutnya, menjaga kualitas produk menjadi salah satu kunci agar UMKM bisa bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat, khususnya di sektor makanan olahan.
Onoki sendiri telah hadir di dua lokasi di wilayah Ungaran, Kabupaten Semarang. Kedua outlet tersebut dikelola langsung oleh Wulan dan timnya, yang kini mulai bertumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan. Meski baru berdiri sejak 2020, brand ini telah berhasil mencuri perhatian dan membangun pasar yang loyal, terutama karena diferensiasi produknya.
Dari sisi promosi, Wulan aktif memanfaatkan berbagai platform digital dan media sosial untuk memperluas jangkauan konsumennya. Ia percaya bahwa kekuatan digital marketing, jika dimanfaatkan dengan baik, bisa menjadi alat pendorong pertumbuhan UMKM, khususnya yang masih berskala lokal.
Lebih jauh, Wulan juga berharap agar keberadaan Siomay Onoki bukan hanya sebatas bisnis semata, tetapi bisa membawa dampak yang lebih luas bagi lingkungan sekitar. Ia memiliki impian agar bisnis ini kelak bisa membuka lapangan pekerjaan baru, membantu masyarakat sekitar, serta menjadi inspirasi bagi pelaku UMKM lain agar terus berani bereksperimen dan tidak takut tampil berbeda.
“Harapan saya, usaha ini bisa berkembang dan diterima lebih luas oleh masyarakat. Kami juga ingin membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Semoga usaha ini bukan hanya bertahan, tapi juga menjadi jalan untuk membangun kehidupan yang lebih baik,” ujarnya dengan semangat.
Sejak pandemi dan pergeseran perilaku konsumen, UMKM dituntut untuk lebih adaptif. Konsep-konsep inovatif seperti yang dilakukan Onoki menjadi contoh bagaimana pelaku usaha kecil tetap bisa tumbuh meski dengan sumber daya terbatas. Bukan soal seberapa besar modal, tetapi seberapa kreatif dan responsif terhadap kebutuhan pasar.
Dengan mengusung produk lokal yang dikemas secara modern dan memiliki daya tarik tersendiri, Siomay Onoki menunjukkan bahwa keberhasilan UMKM bukan hanya dilihat dari omzet, tetapi juga dari seberapa besar nilai tambah yang bisa diberikan kepada pelanggan.
Kisah Wulan dan Siomay Onoki memberi gambaran bahwa kreativitas dalam bisnis kuliner tetap menjadi kunci utama untuk bertahan dan berkembang. Dari siomay dengan saus yang tak biasa, Onoki melangkah sebagai representasi semangat baru pelaku UMKM terus berevolusi, berinovasi, dan memberi inspirasi.