Pembangunan Fasilitas Smelter Nikel Dipercepat PT Vale

Kamis, 31 Juli 2025 | 16:18:18 WIB
Pembangunan Fasilitas Smelter Nikel Dipercepat PT Vale

JAKARTA - Langkah konkret menuju transformasi industri energi bersih semakin nyata. PT Vale Indonesia Tbk resmi memulai pembangunan fasilitas pendukung proyek smelter nikel di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Proyek ini menjadi bagian penting dari strategi jangka panjang dalam memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok global kendaraan listrik (EV).

Melalui proyek yang dinamakan Indonesia Growth Project (IGP) Pomalaa, PT Vale memperlihatkan komitmennya terhadap pemanfaatan sumber daya dalam negeri secara optimal dan berkelanjutan. Fasilitas pendukung ini akan menjadi fondasi utama sebelum smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) resmi beroperasi.

Pembangunan infrastruktur penunjang ini menggandeng PT Leighton Contractors Indonesia (LCI) sebagai mitra strategis. Ditargetkan, seluruh pekerjaan rampung dalam kurun waktu 26 bulan atau hingga 31 Oktober 2026. Pekerjaan yang dilakukan meliputi berbagai elemen penting seperti Workshop, Office Area, Operational Camp, Main Entrance, hingga Operation Building, Maintenance Building, Residence, dan Support Building.

Head of Pomalaa Project PT Vale, Mohammad Rifai, menyampaikan bahwa pembangunan infrastruktur ini merupakan pondasi penting menuju operasi pabrik HPAL. Menurut Rifai, hingga akhir Juli 2025, progres fisik proyek IGP Pomalaa secara keseluruhan telah mencapai 31 persen.

“Ini termasuk tahap awal konstruksi pabrik HPAL yang bekerja sama dengan Huayou, perusahaan global terkemuka di bidang pengolahan nikel laterit,” ungkap Rifai dalam keterangan tertulis, Kamis, 31 Juli 2025.

Salah satu keunikan dan nilai strategis dari proyek ini adalah pemanfaatan bijih limonite dari Blok Pomalaa. Limonite sebelumnya dianggap kurang bernilai dalam industri nikel. Namun, melalui penerapan teknologi HPAL, Vale membuka lembaran baru bahwa limonite bisa menjadi sumber daya yang sangat berharga.

“Proyek ini menjadi simbol bahwa limonite Kolaka bisa menjadi sumber kesejahteraan, bukan limbah. Dan kami tidak bisa melakukannya sendiri, namun melalui kolaborasi dengan mitra seperti LCI membuat kami optimistis bahwa proyek ini akan membangun warisan untuk generasi mendatang,” lanjut Rifai.

Teknologi HPAL memungkinkan ekstraksi nikel dan kobalt dari bijih limonite secara efisien. Keduanya merupakan komponen penting dalam produksi baterai kendaraan listrik. Dengan demikian, proyek ini tidak hanya memiliki nilai ekonomis tinggi, tetapi juga relevansi strategis dalam mendukung transisi energi nasional.

President Director LCI, Simon Burley, menyatakan bahwa pihaknya sangat menghargai kepercayaan yang diberikan untuk terlibat dalam proyek strategis ini. Ia menekankan pentingnya keselamatan kerja dalam seluruh tahapan proyek.

“PT LCI merasa terhormat dapat berkontribusi dalam proyek strategis nasional ini. Dengan teknologi konstruksi yang cepat, efisien, dan standar internasional, kami menjunjung tinggi keselamatan sebagai prioritas utama,” ujar Burley.

Selain aspek teknis dan keselamatan, proyek ini juga menandai penguatan kerja sama internasional, khususnya antara Indonesia dan Australia. Hal ini ditegaskan oleh Second Secretary Economic Trade and Investment Kedutaan Besar Australia, Julia DeLorenzo. Ia menyatakan bahwa investasi jangka panjang Australia di Indonesia, khususnya di luar Jawa, menunjukkan komitmen bilateral yang terus diperkuat.

“CIMIC Group (induk LCI) telah hadir lebih dari 50 tahun di Indonesia. Kolaborasi ini mencerminkan masa depan kerja sama bilateral yang semakin kuat dan inklusif,” ujarnya.

Pembangunan fasilitas pendukung proyek smelter nikel di Pomalaa memiliki banyak dimensi. Di satu sisi, proyek ini menjadi bukti bahwa teknologi dan inovasi dapat mengangkat potensi sumber daya yang sebelumnya dianggap kurang bernilai. Di sisi lain, kehadiran proyek ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal di Kabupaten Kolaka dan sekitarnya.

Manfaat ekonomi dari proyek ini tidak hanya terbatas pada peningkatan nilai tambah bijih nikel, tetapi juga mencakup penciptaan lapangan kerja, pengembangan kapasitas sumber daya manusia lokal, serta memperkuat industri hilir berbasis baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Adanya infrastruktur penunjang seperti office area dan operation building akan mempermudah kelangsungan operasional pabrik ketika sudah beroperasi. Sementara itu, pembangunan residence dan support building menjadi bagian penting dari fasilitas yang akan mendukung kesejahteraan para tenaga kerja yang terlibat dalam proyek ini.

Tidak dapat disangkal bahwa transformasi energi global saat ini sedang mengarah pada sumber daya yang berkelanjutan. Kendaraan listrik, sebagai tulang punggung pergerakan energi hijau, membutuhkan suplai bahan baku yang stabil dan ramah lingkungan. Dalam konteks tersebut, keberadaan smelter nikel berbasis teknologi HPAL di Pomalaa akan menjadi salah satu jawaban strategis Indonesia terhadap tantangan global.

PT Vale, melalui proyek IGP Pomalaa, memperlihatkan bahwa kolaborasi, inovasi, dan keberpihakan terhadap masa depan adalah kunci dari pembangunan berkelanjutan. Proyek ini bukan hanya soal pembangunan pabrik, tetapi juga tentang membangun masa depan energi Indonesia yang lebih mandiri dan berkelanjutan.

Dengan kemajuan progres saat ini, harapan besar tertuju pada penyelesaian proyek tepat waktu. Bila berhasil, Pomalaa akan menjadi salah satu titik penting dalam peta global produksi baterai kendaraan listrik, dan Indonesia akan semakin diperhitungkan sebagai pemain utama dalam industri energi hijau dunia.

Terkini